Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Plus Minus Swasembada

31 Oktober 2024   09:55 Diperbarui: 31 Oktober 2024   09:56 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kebijakan swasembada sering kali mengurangi interaksi dengan pasar internasional, yang justru menjadi sumber penting bagi inovasi dan pengetahuan baru. Negara yang tertutup dari persaingan global dapat kehilangan akses terhadap teknologi dan praktik terbaru yang diterapkan di negara lain. Persaingan internasional juga sering kali mendorong perusahaan-perusahaan lokal untuk berinovasi, meningkatkan kualitas produk, dan menurunkan biaya.

Sebagai contoh, negara yang menutup pasar dalam negeri demi mendukung swasembada pangan mungkin akan melewatkan peluang untuk belajar dari teknik pertanian canggih yang berkembang di negara lain. Padahal, dalam ekonomi modern, inovasi sangat penting untuk mempertahankan pertumbuhan jangka panjang.

  1. Biaya Produksi yang Lebih Tinggi

Produksi dalam negeri tidak selalu lebih efisien atau lebih murah daripada impor. Negara-negara yang mendorong swasembada di sektor-sektor tertentu sering kali harus menghadapi biaya produksi yang lebih tinggi karena keterbatasan sumber daya atau teknologi. Misalnya, swasembada pangan di negara yang memiliki iklim dan lahan kurang mendukung mungkin memerlukan subsidi pemerintah untuk menjaga keberlanjutannya.

Subsidi ini, meskipun penting untuk mendukung kemandirian, sering kali membebani anggaran negara. Dalam jangka panjang, biaya ini bisa jadi memberatkan jika swasembada dipaksakan tanpa mempertimbangkan kemampuan domestik untuk bersaing secara efisien. Untuk Indonesia, penting untuk memprioritaskan sektor-sektor yang memiliki potensi alami dalam mencapai swasembada, seperti pertanian tropis atau energi panas bumi, yang secara alami tersedia di dalam negeri.

  1. Risiko Overproteksi dan Kebijakan Ekonomi yang Distorsi

Ketika kebijakan swasembada diterapkan secara berlebihan, risiko overproteksi terhadap industri lokal menjadi sangat besar. Hal ini sering kali menghasilkan kebijakan ekonomi yang distorsi, di mana perusahaan lokal dilindungi dari persaingan sehingga kurang termotivasi untuk berinovasi dan efisien. Proteksi yang berlebihan bisa menimbulkan korupsi dan inefisiensi, karena sektor-sektor yang tidak kompetitif terus didukung tanpa dorongan untuk meningkatkan kinerja.

Proteksi pasar yang tinggi juga dapat merugikan konsumen. Dengan berkurangnya pilihan produk impor, masyarakat harus membayar harga yang lebih tinggi untuk produk lokal yang mungkin kualitasnya belum setara. Selain itu, ekonomi yang terlalu tertutup berisiko kehilangan akses terhadap investasi asing dan peluang kerja sama internasional yang sebenarnya dapat meningkatkan daya saing ekonomi.

Pelajaran yang Dapat Diambil oleh Indonesia

Indonesia, dengan beragam kekayaan sumber daya alamnya, memiliki potensi besar untuk mencapai swasembada di berbagai sektor, terutama pangan dan energi terbarukan. Namun, kebijakan swasembada harus direncanakan secara cermat agar tidak mengorbankan efisiensi dan daya saing nasional.

  1. Pentingnya Diversifikasi Energi dan Pangan

Ketergantungan pada satu sumber energi atau komoditas pangan dapat meningkatkan risiko jika terjadi krisis. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi, yang tidak hanya mendukung swasembada tetapi juga keberlanjutan lingkungan. Diversifikasi ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil dan menjaga kestabilan pasokan energi nasional.

  1. Keseimbangan Antara Proteksi dan Kompetisi

Kebijakan swasembada di Indonesia sebaiknya tetap membuka ruang bagi kompetisi yang sehat dengan pasar internasional. Proteksi sektor domestik harus dibatasi agar tidak menciptakan pasar yang tertutup dan inefisien. Kebijakan yang mendukung kolaborasi dengan negara lain, seperti transfer teknologi dan peningkatan kapasitas, akan sangat membantu meningkatkan produktivitas dan daya saing.

  1. Investasi dalam Riset dan Pengembangan Teknologi

Swasembada akan lebih efektif jika didukung oleh riset dan pengembangan teknologi. Dengan investasi dalam inovasi, Indonesia dapat mencapai kemandirian tanpa harus mengorbankan kualitas atau biaya produksi. Riset di bidang teknologi pangan dan energi, misalnya, dapat membantu negara untuk memproduksi lebih efisien dan kompetitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun