Sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan perekonomiannya dengan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam. Pada zaman kepresidenan Prabowo, industrialisasi diharapkan akan menjadi dasar utama untuk mencapai ketahanan ekonomi nasional. Memanfaatkan secara maksimal sumber daya alam berlimpah seperti tambang, pertanian, dan kelautan, dapat menjadi faktor penting dalam meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Masih, langkah mengubah pengelolaan bahan mentah menjadi produk bernilai tambah tinggi perlu strategi tepat, penggabungan teknologi, dan manajemen lingkungan yang cerdas. Dalam artikel ini, kami akan membicarakan rencana industrialisasi berbasis sumber daya alam yang bisa digunakan pada masa pemerintahan Prabowo untuk meraih ketahanan ekonomi, termasuk hambatan yang perlu diatasi dan kesempatan yang bisa dimanfaatkan.
Potensi kekayaan alam sebagai penggerak pembangunan industri
Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki kekayaan alam berupa mineral, batu bara, minyak bumi, gas alam, hasil hutan, dan hasil laut. Sampai sekarang, banyak sumber daya diekspor mentah tanpa pengolahan lebih lanjut, sehingga nilai tambah rendah dan dampak ekonomi jangka panjang minim. Pengalaman negara-negara lain, contohnya Norwegia dengan minyaknya dan Chile dengan tembaganya, menunjukkan bahwa dengan kebijakan yang sesuai, sumber daya alam dapat menjadi pendorong industrialisasi yang efektif dan berkelanjutan.
Dibawah pimpinan Presiden Prabowo, diantisipasi adanya perubahan strategi agar lebih difokuskan pada pengolahan sumber daya alam dalam negeri sebelum diekspor, yang dikenal sebagai hilirisasi industri. Contohnya, dalam industri pertambangan, Indonesia bisa membangun pabrik pengolahan untuk memproduksi barang jadi atau produk setengah jadi seperti stainless steel atau baterai mobil listrik, alih-alih hanya mengekspor bijih nikel atau bauksit. Hal ini akan meningkatkan ekspor, menambah pendapatan negara, dan menciptakan lapangan kerja di dalam negeri.
Seraya meningkatkan nilai tambah, dilakukan hilirisasi industri.
Transforming downstream strategy is a key priority in realizing resource-based industrialization. Dengan proses hilirisasi, sumber daya alam yang semula diekspor sebagai bahan mentah diubah menjadi produk setengah jadi atau produk akhir dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Hal ini bukan hanya meningkatkan pendapatan negara melalui ekspor produk bernilai tinggi, tetapi juga menciptakan peluang kerja baru, mendorong inovasi teknologi, dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku.
Suatu contoh konkret keberhasilan dalam hilirisasi terjadi di sektor pertambangan nikel. Indonesia has started to ban the export of raw nickel ore and promote the construction of smelters within the country to process nickel into value-added products such as ferronickel or other products used in electric vehicle batteries. Tindakan ini tidak hanya meningkatkan pendapatan dari ekspor, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan global yang sedang berkembang untuk industri kendaraan listrik.
Hilirisasi juga dapat diterapkan di sektor pertanian dan perikanan, selain di sektor pertambangan. Barang-barang seperti kelapa sawit, kakao, kopi, ikan, dan lainnya sebaiknya tidak hanya diekspor dalam bentuk mentah, melainkan diolah menjadi produk turunan dengan nilai tambah lebih tinggi seperti minyak kelapa sawit, coklat, atau makanan laut siap makan. Hal ini dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.
Tantangan dalam mengindustrialisasi berdasarkan sumber daya alam
Walaupun potensi sumber daya alam Indonesia begitu besar, beberapa hambatan harus diatasi agar industrialisasi berbasis sumber daya alam dapat terwujud secara maksimal. Dalam proses hilirisasi, infrastruktur yang memadai adalah sesuatu yang sangat penting. Dibutuhkan investasi yang stabil dalam pembangunan pelabuhan, jalan, dan jaringan energi untuk mengamankan aliran barang dan meningkatkan efisiensi dalam proses produksi.