Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diamond Wedding Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata: Lukisan Cinta Abadi

9 Oktober 2024   21:27 Diperbarui: 9 Oktober 2024   21:39 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kanvas waktu, tergores lembut,
Sapuan kasih yang tak pernah usai.
Penuh warna---merah hangat, biru tenang,
Dari goresan pertama hingga akhir yang belum terlihat.

Lukisan ini bukan karya biasa,
Ini adalah potret jiwa,
Dua hati yang saling terpaut,
Melebur dalam harmoni,
Mengalun pelan, namun tak pernah padam.

Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina,
Adalah pelukis dalam kehidupan,
Mengukir kasih dengan garis penuh makna,
Menjalin simpul kebersamaan yang tak tersentuh usia.

Lima puluh tahun,
Bukan sekadar angka di kalender.
Itu adalah musim-musim yang dilewati bersama,
Diwarnai tawa, tetesan air mata,
Dan cerita yang hanya bisa diungkap oleh hati.

Waktu mungkin telah menua,
Namun cinta tetap segar,
Seperti kanvas putih yang terus menerima warna,
Dari setiap hari yang dirimu berdua lalui.

Ada badai yang pernah datang,
Mencoba memudarkan warna-warna cerah,
Namun dirimu berdua, dengan tangan yang lembut dan kuat,
Terus menyapukan cinta,
Memperbaiki setiap celah, merangkai lagi setiap retak.

Dalam setiap sentuhan,
Terlihat cinta yang tak tergantikan.
Seperti cat minyak yang mengering dalam waktu,
Menjadi semakin kokoh, semakin indah.

Kini, di usia senja,
Lukisan cinta dirimu berdua telah menjadi mahakarya.
Bukan hanya bagi dirimu berdua berdua,
Namun bagi generasi yang menyaksikan,
Bahwa cinta sejati tak pernah usang,
Ia terus tumbuh, terus bersinar.

Di bawah sinar matahari senja,
Kilau berlian menjadi saksi,
Bukan hanya dari ikatan janji di masa lalu,
Namun dari setiap detik yang dirimu berdua rajut bersama,
Dalam kesetiaan yang tak pernah surut.

Cinta dirimu berdua, Opa dan Oma,
Adalah lukisan abadi,
Di mana setiap goresan menciptakan cerita baru,
Setiap warna menjadi simbol keabadian.

Dan dalam lukisan itu,
Tak ada akhir.
Karena cinta adalah keabadian itu sendiri,
Seperti kanvas yang terus terbuka,
Menunggu setiap sapuan baru,
Menyambut setiap warna baru,
Menjadi karya yang tak terukur nilainya.

Terima kasih, Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina,
Untuk menunjukkan bahwa cinta bisa diabadikan,
Bukan dalam patung atau batu,
Tapi dalam hati yang tak pernah lelah,
Melukis keindahan hari demi hari,
Tanpa jeda, tanpa akhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun