Dalam beberapa dekade terakhir, konsep inklusi keuangan telah menjadi pusat perhatian banyak pemerintah dan lembaga keuangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Inklusi keuangan tidak hanya mencakup akses kepada layanan perbankan, tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkan produk dan layanan keuangan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun, dalam realitasnya, tantangan yang dihadapi untuk mencapai inklusi keuangan penuh masih sangat besar, terutama di negara berkembang. Di sinilah peran Open Banking mulai terlihat jelas sebagai sebuah terobosan untuk memperluas aksesibilitas keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pada kesempatanl ini Kita akan membahas bagaimana Open Banking dapat menjadi katalisator inklusi keuangan, memperluas aksesibilitas, dan mengubah ekosistem perbankan menjadi lebih inklusif, adil, dan efisien. Selain itu, kita akan menguraikan tantangan yang harus dihadapi dalam mengimplementasikan Open Banking, serta bagaimana kolaborasi antara berbagai pihak dapat mengoptimalkan potensinya.
Apa Itu Open Banking?
Open Banking adalah sistem di mana data perbankan nasabah, dengan izin mereka, dapat dibagikan oleh lembaga perbankan dengan penyedia layanan keuangan lainnya, terutama FinTech (financial technology). Ini dilakukan melalui Application Programming Interfaces (API), yang memungkinkan lembaga keuangan pihak ketiga untuk mengakses informasi rekening dan transaksi nasabah untuk menyediakan produk atau layanan yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan individu.
Keterbukaan data ini memungkinkan terciptanya kompetisi dan inovasi di sektor keuangan yang pada akhirnya menguntungkan konsumen. Dengan begitu, nasabah memiliki pilihan lebih banyak dalam mengakses layanan keuangan, baik dari bank tradisional maupun FinTech.
Inklusi Keuangan dan Aksesibilitas: Mengapa Penting?
Inklusi keuangan adalah kondisi di mana semua individu dan bisnis memiliki akses ke layanan keuangan yang bermanfaat dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan mereka. Layanan tersebut mencakup berbagai produk seperti rekening bank, kredit, tabungan, asuransi, dan sistem pembayaran.
Di Indonesia, meskipun perkembangan ekonomi cukup pesat, masih terdapat ketimpangan dalam aksesibilitas ke layanan keuangan. Banyak masyarakat di pedesaan, termasuk usaha kecil dan mikro, kesulitan mendapatkan layanan perbankan yang memadai karena faktor geografis, biaya tinggi, atau rendahnya literasi keuangan. Menurut data Bank Dunia, pada 2020, lebih dari 40% orang dewasa di Indonesia masih belum memiliki akses ke rekening bank. Kondisi ini menunjukkan masih adanya tantangan besar dalam mencapai inklusi keuangan yang menyeluruh.
Peran Open Banking dalam Mendorong Inklusi Keuangan
- Akses yang Lebih Mudah dan Terjangkau
Salah satu kontribusi utama Open Banking terhadap inklusi keuangan adalah memperluas akses ke layanan perbankan melalui pendekatan yang lebih terjangkau. Di bawah model tradisional, banyak masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau mereka yang memiliki riwayat keuangan terbatas sulit mendapatkan akses ke pinjaman atau produk keuangan lainnya karena kurangnya data yang dapat digunakan bank untuk menilai risiko mereka. Dengan Open Banking, penyedia layanan keuangan dapat mengakses riwayat transaksi digital yang dimiliki individu, meskipun tidak memiliki rekening bank formal.
Sebagai contoh, seorang pedagang kecil yang tidak memiliki rekening bank dapat diidentifikasi melalui riwayat transaksi e-wallet atau pembayaran digital lainnya. Data ini dapat digunakan oleh penyedia layanan keuangan untuk menawarkan produk kredit mikro atau layanan asuransi yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, Open Banking membantu mengurangi friksi dalam proses penilaian risiko dan membuka jalan bagi masyarakat yang sebelumnya tidak terlayani oleh perbankan untuk mendapatkan akses ke layanan finansial.
- Menciptakan Layanan yang Lebih Personal dan Inklusif