Di negara maju, gig economy telah menyebabkan perubahan dalam struktur pasar industri jasa. Sebelumnya, pasar jasa didominasi oleh perusahaan besar dengan tenaga kerja tetap dan hierarki yang jelas. Namun, dengan munculnya platform seperti Uber dan TaskRabbit, pasar menjadi lebih decentralized. Penyedia jasa independen kini dapat bersaing langsung dengan perusahaan besar, menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan beragam. Struktur pasar yang lebih fleksibel ini juga membuka peluang bagi individu untuk memanfaatkan aset pribadi, seperti mobil atau rumah, untuk menghasilkan pendapatan.
2.2 ASEAN
Di kawasan ASEAN, dampak gig economy pada struktur pasar mirip dengan yang terjadi di negara maju, tetapi dengan beberapa perbedaan. Negara-negara seperti Singapura dan Malaysia telah mengadopsi gig economy dengan cepat, memberikan kesempatan bagi para pekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Namun, pasar di negara-negara ini juga menghadapi tantangan seperti regulasi yang tidak memadai dan perlindungan bagi pekerja. Sementara itu, negara-negara dengan ekonomi yang lebih berkembang, seperti Vietnam dan Filipina, mulai merasakan manfaat dari gig economy, tetapi masih berjuang untuk menciptakan kerangka hukum yang memadai untuk melindungi pekerja.
2.3 Indonesia
Di Indonesia, gig economy telah menciptakan transformasi besar dalam struktur pasar. Dengan adanya platform seperti Gojek dan Grab, banyak orang yang sebelumnya menganggur kini memiliki peluang untuk bekerja secara fleksibel. Ini tidak hanya mengubah cara orang bekerja tetapi juga bagaimana mereka berinteraksi dengan konsumen. Namun, struktur pasar yang baru ini sering kali dihadapkan pada masalah seperti ketidakpastian pendapatan dan kurangnya perlindungan hukum bagi pekerja, yang menjadi tantangan besar bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
3. Dampak Gig Economy terhadap Persaingan
3.1 Negara Maju
Gig economy di negara maju juga mengubah dinamika persaingan. Di masa lalu, perusahaan-perusahaan besar menguasai pasar dan memiliki kekuatan tawar yang tinggi. Dengan masuknya gig workers, persaingan menjadi lebih terbuka. Namun, hal ini juga menyebabkan konsekuensi negatif, seperti penurunan kualitas layanan karena fokus pada volume dibandingkan pada kualitas. Perusahaan besar kini harus bersaing dengan individu dan usaha kecil yang tidak terikat oleh regulasi yang sama, memaksa mereka untuk beradaptasi dengan cepat untuk tetap relevan.
3.2 ASEAN
Dalam konteks ASEAN, dinamika persaingan mengalami perubahan serupa. Munculnya platform digital telah memberikan kesempatan bagi banyak individu untuk berpartisipasi dalam pasar, yang meningkatkan persaingan. Namun, tantangan yang dihadapi di kawasan ini termasuk regulasi yang tidak seragam antar negara, yang menghambat perkembangan gig economy secara keseluruhan. Persaingan juga menciptakan tekanan untuk mematuhi standar pelayanan yang lebih tinggi, namun sering kali tanpa dukungan hukum yang memadai bagi pekerja.
3.3 Indonesia