Tahun 2024 dihadapkan dengan tantangan besar bagi pasar tenaga kerja global, terutama di sektor industri padat karya. Dampak yang tajam terhadap penyerapan tenaga kerja ketika industri-industri ini terpukul akan mempengaruhi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan sosial.
Mengapa Industri Padat Karya Rentan terhadap PHK
Industri padat karya, seperti manufaktur dan konstruksi, sering kali menjadi titik fokus dalam diskusi mengenai pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam konteks ekonomi yang sulit.
a. Siklus Permintaan yang Volatil
Industri padat karya sering kali terpukul oleh fluktuasi dalam permintaan pasar. Permintaan untuk barang manufaktur atau proyek konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan domestik. Ketika ekonomi mengalami perlambatan, perusahaan cenderung mengurangi produksi atau menunda proyek, yang berdampak langsung pada kebutuhan tenaga kerja. Misalnya, penurunan dalam pesanan dari luar negeri dapat mengakibatkan perusahaan manufaktur mengurangi kapasitas produksinya dan mengurangi jumlah pekerja.
b. Ketergantungan pada Modal Fisik dan Investasi Besar
Industri padat karya sering memerlukan investasi modal yang signifikan dalam bentuk mesin, peralatan, dan infrastruktur. Ketika permintaan menurun, perusahaan mungkin kesulitan untuk mempertahankan pengeluaran mereka pada tingkat yang sama. Hal ini dapat mengarah pada keputusan untuk membatasi biaya operasional dengan memangkas jumlah pekerja, karena upah pekerja adalah salah satu komponen biaya yang paling fleksibel.
c. Ketergantungan pada Pasar Ekspor
Bagi banyak negara, industri padat karya seringkali berorientasi pada ekspor. Kondisi ekonomi global yang tidak stabil atau kebijakan proteksionis dari negara-negara tujuan ekspor dapat mengganggu aliran pesanan dan mengurangi kebutuhan perusahaan untuk tenaga kerja. Perusahaan yang tergantung pada ekspor sering kali menghadapi risiko yang lebih besar terhadap fluktuasi ekonomi global dan perubahan dalam regulasi perdagangan internasional.
d. Teknologi dan Otomatisasi
Perkembangan teknologi dan otomatisasi juga dapat mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia dalam industri padat karya. Meskipun ini mungkin menguntungkan dari segi produktivitas, itu juga bisa berarti bahwa perusahaan lebih cenderung untuk menggantikan pekerja manusia dengan teknologi, terutama dalam kondisi ekonomi yang sulit di mana biaya pengoperasian harus dikurangi.