Sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi, satu hal yang jarang diekspos adalah pokok-pokok pikiran Ekonomi Bung Karno. Selama ini Pokok-pokok pikiran Ekonomi cendrung mengarah ke Tokoh Sentral Dwi Tunggal lainnya : Dr. (H.C) Drs. Mohammad Hatta alias Bung Hatta yang memang pemikiran beliau tentang koperasi telah diterima secara internasional bahkan dipraktekkan dengan baik diluar Indonesia.Â
Ir. Soekarno, atau yang lebih dikenal sebagai Bung Karno, adalah tokoh sentral dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Sebagai Presiden pertama Republik Indonesia, ia tidak hanya memainkan peran penting dalam politik, tetapi juga memiliki visi ekonomi yang kuat untuk membawa Indonesia menuju kemandirian. Dalam tulisan ini, kita akan membahas pokok-pokok pikiran ekonomi Bung Karno, yang meliputi konsep ekonomi berdikari, sosialisme Indonesia, dan pentingnya persatuan dalam pembangunan ekonomi.
Ekonomi Berdikari: Kemandirian Ekonomi sebagai Pilar Utama
Salah satu inti dari pemikiran ekonomi Bung Karno adalah konsep ekonomi berdikari. Dalam pidatonya yang terkenal, Bung Karno menegaskan bahwa Indonesia harus mampu berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) dalam bidang ekonomi. Ia percaya bahwa kemandirian ekonomi adalah fondasi bagi kedaulatan bangsa. Bung Karno menyatakan, "Kita tidak boleh terus-menerus menjadi bangsa yang hanya mengandalkan bantuan dan pinjaman dari negara asing" (Soekarno, 1965).
Data menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan Bung Karno, Indonesia berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan produksi dalam negeri. Sebagai contoh, pada tahun 1960-an, pemerintah Indonesia gencar mempromosikan industri-industri strategis seperti baja dan tekstil untuk mendukung ekonomi nasional (BPS, 2020).
Sosialisme Indonesia: Menciptakan Keadilan Sosial
Bung Karno mengadopsi konsep sosialisme yang disesuaikan dengan kondisi dan budaya Indonesia, yang dikenal sebagai sosialisme Indonesia. Dalam pandangannya, sosialisme Indonesia tidak hanya tentang ekonomi yang terencana, tetapi juga tentang keadilan sosial. Bung Karno menekankan pentingnya pemerataan kekayaan dan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ia berkata, "Sosialisme Indonesia harus berlandaskan pada gotong royong dan kekeluargaan, di mana setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam membangun bangsa" (Soekarno, 1959).
Data menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan Bung Karno, upaya-upaya redistribusi tanah dan reformasi agraria dilakukan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi. Program Land Reform tahun 1960, misalnya, bertujuan untuk memberikan tanah kepada petani kecil yang tidak memiliki lahan (BPS, 2020).
Persatuan dalam Pembangunan Ekonomi
Bung Karno sangat menyadari bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia tergantung pada persatuan seluruh elemen bangsa. Ia selalu menekankan pentingnya persatuan nasional dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomi. Dalam pidatonya, Bung Karno sering mengutip pepatah "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh" untuk menggambarkan pentingnya kerjasama dan gotong royong dalam membangun ekonomi (Soekarno, 1964).
Pada era Bung Karno, data menunjukkan bahwa upaya integrasi ekonomi antar daerah juga ditingkatkan untuk memastikan bahwa pembangunan tidak hanya terfokus di Pulau Jawa, tetapi juga merata ke seluruh wilayah Indonesia. Misalnya, pembangunan infrastruktur seperti jalan raya dan pelabuhan di luar Jawa bertujuan untuk mempercepat distribusi barang dan jasa serta mengintegrasikan pasar nasional (BPS, 2020).