BI Rate juga berfungsi sebagai instrumen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam kondisi ekonomi yang lesu, penurunan BI Rate dapat mengurangi biaya pinjaman, mendorong kredit, investasi, dan konsumsi rumah tangga. Kebijakan ini diharapkan dapat mengakselerasi kegiatan ekonomi dan mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, kebijakan ini harus dijalankan dengan hati-hati untuk menghindari risiko inflasi yang berlebihan dan ketidakseimbangan ekonomi lainnya (KOMPAS.com).
Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan
Selain aspek makroekonomi, BI Rate juga berperan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Suku bunga yang tepat dapat membantu mencegah pembentukan gelembung aset dan mengurangi risiko sistemik dalam sektor perbankan dan keuangan. BI menggunakan kebijakan ini bersamaan dengan instrumen makroprudensial lainnya untuk memastikan bahwa sistem keuangan tetap kuat dan mampu menghadapi berbagai guncangan ekonomi (Bisnis).
Respons Terhadap Tantangan Global
Dalam konteks global, BI Rate juga menjadi alat penting untuk merespons perubahan ekonomi internasional. Ketidakpastian geopolitik, fluktuasi harga komoditas, dan kebijakan moneter dari negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa dapat memberikan tekanan pada ekonomi Indonesia. Melalui penyesuaian BI Rate, Bank Indonesia dapat mencoba menyeimbangkan dampak dari dinamika eksternal tersebut, menjaga stabilitas ekonomi domestik, dan melindungi perekonomian dari guncangan eksternal (KOMPAS.com) (Bisnis).
Urgensi BI Rate dalam konteks ekonomi Indonesia tidak dapat diremehkan. Sebagai instrumen utama kebijakan moneter, BI Rate memiliki peran kunci dalam mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan memastikan stabilitas sistem keuangan. Dengan tantangan ekonomi yang semakin kompleks baik dari dalam maupun luar negeri, penetapan BI Rate yang tepat menjadi semakin penting untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan perekonomian nasional. Bank Indonesia harus terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik serta responsif dalam menyesuaikan suku bunga guna mencapai tujuan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Tantangan Ekonomi Global
Ekonomi global pada tahun 2024 masih dihadapkan pada sejumlah tantangan signifikan, termasuk ketidakpastian geopolitik, fluktuasi harga komoditas, dan ketidakstabilan pasar keuangan. Ketegangan perdagangan antara negara-negara besar dan krisis energi yang berkelanjutan menambah tekanan pada perekonomian dunia. Dampak dari pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya pulih juga terus mempengaruhi rantai pasokan global dan memicu inflasi di berbagai negara.
Dampak terhadap Ekonomi Indonesia
Indonesia, sebagai bagian dari ekonomi global, tidak luput dari dampak rambatan ini. Fluktuasi harga komoditas internasional, seperti minyak dan gas, mempengaruhi inflasi domestik dan daya beli masyarakat. Selain itu, ketidakpastian global mempengaruhi aliran investasi asing ke Indonesia, yang merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Keputusan Menahan BI Rate