Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eid Mubarak 90: Dinamika Pariwisata Global Pasca Idul Fitri; Perspektif Ilmu Ekonomi

27 April 2024   07:44 Diperbarui: 27 April 2024   07:48 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Idul Fitri, sebuah perayaan yang meriah bagi umat Muslim di seluruh dunia, tidak hanya membawa suka cita spiritual tetapi juga memiliki dampak signifikan pada industri pariwisata global. Setiap tahun, jutaan orang bepergian untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan teman-teman mereka, menciptakan lonjakan kunjungan wisata yang signifikan di destinasi wisata utama di seluruh dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dinamika pariwisata global pasca-Idul Fitri telah mengalami perubahan yang signifikan, terutama dalam konteks pemulihan ekonomi pasca-pandemi.

Dampak Pandemi terhadap Pariwisata Pasca Idul Fitri

Pandemi COVID-19 telah mengubah lanskap pariwisata global secara drastis. Tidak hanya Idul Fitri, tetapi seluruh industri pariwisata telah terpukul dengan keras akibat pembatasan perjalanan, penutupan perbatasan, dan ketakutan akan penyebaran virus. Menurut data dari Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), industri pariwisata global mengalami penurunan pendapatan hingga 80% pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya, dengan kerugian sebesar $1,3 triliun.

Idul Fitri, yang biasanya menjadi momen penting bagi industri pariwisata di banyak negara dengan komunitas Muslim yang besar, terpaksa mengalami penurunan kunjungan yang signifikan. Tradisi perayaan yang biasanya memicu lonjakan kunjungan wisatawan domestik dan internasional menjadi redup akibat pembatasan perjalanan dan kekhawatiran akan kesehatan.

Pandemi COVID-19 telah mengguncang industri pariwisata global secara luas, termasuk pada periode pasca-Idul Fitri. Tradisionalnya, Idul Fitri merupakan momen di mana jutaan umat Muslim di seluruh dunia melakukan perjalanan untuk merayakan bersama keluarga dan kerabat mereka. Namun, dengan adanya pembatasan perjalanan dan penutupan perbatasan yang diberlakukan sebagai tanggapan terhadap pandemi, dinamika pariwisata global pasca-Idul Fitri mengalami perubahan yang signifikan.

Salah satu dampak terbesar dari pandemi terhadap pariwisata pasca-Idul Fitri adalah penurunan drastis dalam jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan. Tradisi tahunan untuk berkumpul dengan keluarga dan teman-teman menjadi terhambat oleh pembatasan perjalanan yang diberlakukan oleh banyak negara. Selain itu, ketakutan akan penyebaran virus juga menyebabkan banyak orang memilih untuk tetap tinggal di rumah daripada melakukan perjalanan jauh.

Data dari Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) menunjukkan bahwa industri pariwisata global mengalami penurunan pendapatan hingga 80% pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini mengindikasikan dampak yang sangat besar dari pandemi terhadap sektor pariwisata secara keseluruhan, termasuk pada periode pasca-Idul Fitri.

Selain penurunan jumlah wisatawan, industri pariwisata juga mengalami berbagai tantangan lainnya pasca-Idul Fitri akibat pandemi. Penurunan pendapatan secara drastis mengakibatkan banyak perusahaan pariwisata, termasuk agen perjalanan, hotel, dan restoran, terpaksa mengurangi skala operasi mereka atau bahkan tutup secara permanen. Hal ini berdampak langsung pada lapangan kerja di sektor pariwisata, dengan jutaan orang kehilangan pekerjaan atau mengalami pemotongan gaji.

Selain dampak ekonomi, pandemi juga menyebabkan perubahan dalam perilaku dan preferensi wisatawan. Ketika orang-orang menjadi lebih sadar akan risiko perjalanan dan pentingnya menjaga kesehatan dan keamanan, mereka cenderung memilih destinasi wisata yang lebih dekat dengan rumah atau tujuan yang lebih terpencil yang memungkinkan untuk menghindari kerumunan dan kontak fisik yang berlebihan.

Dalam konteks Idul Fitri, tradisi perayaan yang biasanya melibatkan acara bersama keluarga dan kerabat juga mengalami penyesuaian. Banyak perayaan Idul Fitri yang biasanya diadakan di tempat umum atau dengan jumlah tamu yang besar harus dibatasi atau bahkan dibatalkan untuk mencegah penyebaran virus.

Secara keseluruhan, pandemi COVID-19 telah menyebabkan dampak yang signifikan pada industri pariwisata global pasca-Idul Fitri. Meskipun beberapa negara telah mulai melonggarkan pembatasan perjalanan dan memulai langkah-langkah pemulihan ekonomi, proses pemulihan untuk sektor pariwisata diperkirakan akan memakan waktu yang lama dan membutuhkan kerjasama antara pemerintah, industri, dan masyarakat secara keseluruhan.

Peluang Pemulihan Pariwisata Pasca Idul Fitri

Meskipun tantangan yang dihadapi oleh industri pariwisata pasca-Idul Fitri adalah nyata, ada juga peluang yang dapat dieksplorasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Salah satunya adalah meningkatkan promosi pariwisata domestik. Dengan pembatasan perjalanan internasional yang masih berlaku di banyak negara, wisatawan cenderung mencari pengalaman liburan di dalam negeri. Inisiatif promosi pariwisata domestik yang agresif dapat membantu meningkatkan kunjungan wisatawan lokal dan menghidupkan kembali sektor pariwisata dalam negeri.

Selain itu, penggunaan teknologi dalam memperkuat infrastruktur pariwisata juga merupakan langkah yang penting dalam menghadapi dinamika pasca-Idul Fitri. Aplikasi seluler yang memungkinkan wisatawan untuk mengakses informasi tentang destinasi wisata, reservasi hotel, dan pengalaman lokal dapat meningkatkan pengalaman wisata dan membantu dalam mematuhi protokol kesehatan yang diperlukan.

Meskipun pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan pada industri pariwisata global pasca-Idul Fitri, ada sejumlah peluang yang dapat dieksplorasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi sektor pariwisata. Dalam menghadapi dinamika pasca-Idul Fitri, penting untuk memperhatikan peluang yang ada dan merancang strategi yang tepat untuk memanfaatkannya.

Salah satu peluang utama dalam pemulihan pariwisata pasca-Idul Fitri adalah meningkatkan promosi pariwisata domestik. Dengan pembatasan perjalanan internasional yang masih berlaku di banyak negara, wisatawan cenderung mencari pengalaman liburan di dalam negeri. Inisiatif promosi pariwisata domestik yang agresif dapat membantu meningkatkan kunjungan wisatawan lokal dan menghidupkan kembali sektor pariwisata dalam negeri.

Selain itu, terdapat peluang untuk meningkatkan fokus pada pariwisata berbasis budaya dan lokal. Banyak destinasi pariwisata yang kaya akan warisan budaya dan tradisi lokal yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun internasional. Pengembangan dan promosi destinasi pariwisata yang unik ini dapat membantu meningkatkan minat wisatawan dan memperluas pangsa pasar pariwisata.

Penggunaan teknologi juga dapat menjadi peluang penting dalam memperkuat infrastruktur pariwisata pasca-Idul Fitri. Aplikasi seluler yang memungkinkan wisatawan untuk mengakses informasi tentang destinasi wisata, reservasi hotel, dan pengalaman lokal dapat meningkatkan pengalaman wisata dan membantu dalam mematuhi protokol kesehatan yang diperlukan. Selain itu, penggunaan teknologi juga dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi operasional di berbagai sektor pariwisata, mulai dari manajemen destinasi hingga pengelolaan layanan wisata.

Dari sudut pandang ekonomi, pemulihan industri pariwisata pasca-Idul Fitri membutuhkan strategi yang holistik dan terkoordinasi. Salah satu aspek penting dalam pemulihan ini adalah perlunya stimulus ekonomi yang tepat sasaran untuk sektor pariwisata. Pemerintah dapat memberikan insentif pajak, bantuan finansial, dan dukungan infrastruktur untuk membantu usaha pariwisata dalam mengatasi tantangan yang dihadapi pasca-pandemi.

Selain itu, diversifikasi produk pariwisata juga menjadi kunci dalam memperkuat ketahanan sektor pariwisata. Selama bertahun-tahun, industri pariwisata telah terlalu bergantung pada sejumlah destinasi populer, yang rentan terhadap gangguan eksternal seperti pandemi atau bencana alam. Dengan memperkenalkan produk pariwisata yang beragam, baik berupa pariwisata budaya, alam, atau petualangan, industri pariwisata dapat mengurangi risiko dan meningkatkan daya saing global.

Dalam menghadapi dinamika pariwisata global pasca-Idul Fitri, penting untuk mengadopsi pendekatan yang terintegrasi dan berbasis pada kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan. Dengan memanfaatkan peluang yang ada dan merancang strategi yang tepat, industri pariwisata dapat mempercepat pemulihan ekonomi dan kembali menjadi salah satu motor utama dalam pertumbuhan ekonomi global.

Pandangan dari Perspektif Ekonomi

Dari sudut pandang ekonomi, pemulihan industri pariwisata pasca-Idul Fitri membutuhkan strategi yang holistik dan terkoordinasi. Salah satu aspek penting dalam pemulihan ini adalah perlunya stimulus ekonomi yang tepat sasaran untuk sektor pariwisata. Pemerintah dapat memberikan insentif pajak, bantuan finansial, dan dukungan infrastruktur untuk membantu usaha pariwisata dalam mengatasi tantangan yang dihadapi pasca-pandemi.

Selain itu, diversifikasi produk pariwisata juga menjadi kunci dalam memperkuat ketahanan sektor pariwisata. Selama bertahun-tahun, industri pariwisata telah terlalu bergantung pada sejumlah destinasi populer, yang rentan terhadap gangguan eksternal seperti pandemi atau bencana alam. Dengan memperkenalkan produk pariwisata yang beragam, baik berupa pariwisata budaya, alam, atau petualangan, industri pariwisata dapat mengurangi risiko dan meningkatkan daya saing global.

Dalam perspektif ilmu ekonomi, pemulihan pariwisata global pasca-Idul Fitri membutuhkan pemahaman mendalam tentang mekanisme pasar, perilaku konsumen, serta kebijakan ekonomi yang tepat. Pandemi COVID-19 telah mengubah lanskap pariwisata secara drastis, menyebabkan penurunan tajam dalam permintaan dan penawaran di sektor ini. Dengan demikian, strategi pemulihan harus memperhatikan beberapa aspek ekonomi penting.

  1. Stimulus Ekonomi yang Tepat Sasaran: Pemerintah perlu merancang kebijakan stimulus ekonomi yang tepat sasaran untuk mendukung industri pariwisata pasca-Idul Fitri. Ini dapat berupa insentif pajak bagi perusahaan pariwisata, bantuan finansial langsung kepada pelaku usaha yang terdampak, atau pembangunan infrastruktur pariwisata untuk meningkatkan daya tarik destinasi.
  2. Pengembangan Infrastruktur: Investasi dalam pengembangan infrastruktur pariwisata, seperti transportasi, akomodasi, dan fasilitas wisata lainnya, dapat membantu meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pengalaman wisatawan. Ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek dalam meningkatkan kunjungan, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan jangka panjang sektor pariwisata.
  3. Diversifikasi Produk dan Pasar: Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi, penting untuk diversifikasi produk pariwisata dan pasar. Ini dapat dilakukan dengan memperluas jenis layanan dan destinasi yang ditawarkan, serta memperluas pangsa pasar ke segmen yang berbeda, seperti pariwisata keluarga, petualangan, atau ekowisata.
  4. Promosi dan Pemasaran: Promosi pariwisata yang efektif dan pemasaran yang tepat sasaran dapat membantu membangkitkan minat wisatawan dan memulihkan kepercayaan mereka. Penggunaan teknologi dan media sosial juga dapat menjadi alat yang powerful dalam mencapai audiens yang lebih luas dan meningkatkan citra destinasi pariwisata.
  5. Kemitraan Publik-Swasta: Kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga non-pemerintah sangat penting dalam mempercepat pemulihan pariwisata pasca-Idul Fitri. Kemitraan ini dapat mencakup program promosi bersama, pengembangan produk pariwisata, atau investasi dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dalam industri pariwisata.
  6. Peningkatan Kualitas Layanan dan Pengalaman: Kualitas layanan dan pengalaman wisatawan menjadi kunci dalam meningkatkan daya tarik destinasi pariwisata. Pelatihan karyawan, standar keamanan dan kesehatan yang ketat, serta investasi dalam inovasi layanan dapat membantu menciptakan pengalaman yang memuaskan bagi wisatawan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan loyalitas dan citra destinasi.
  7. Analisis Data dan Pemantauan Pasar: Pemahaman yang mendalam tentang perilaku konsumen dan tren pasar menjadi kunci dalam mengembangkan strategi pariwisata yang efektif. Analisis data mengenai preferensi wisatawan, pola perjalanan, dan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian dapat membantu dalam merancang produk dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar.

Dengan menerapkan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi yang kuat, industri pariwisata dapat memulihkan diri dari dampak pandemi dan kembali menjadi salah satu sektor yang berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi global. Dalam konteks pasca-Idul Fitri, penekanan pada promosi pariwisata domestik, pengembangan infrastruktur, dan peningkatan kualitas layanan dapat menjadi langkah-langkah yang penting dalam mempercepat pemulihan industri pariwisata global.

Tantangan yang Perlu Diatasi

Meskipun terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan, industri pariwisata pasca-Idul Fitri juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah pemulihan kepercayaan publik terhadap keamanan perjalanan. Meskipun vaksinasi telah meningkat secara signifikan di banyak negara, masih diperlukan upaya yang lebih besar untuk meyakinkan wisatawan bahwa perjalanan aman dilakukan.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi global juga menjadi tantangan serius bagi pemulihan industri pariwisata. Kondisi ekonomi yang lemah dapat mengurangi daya beli konsumen dan menghambat permintaan akan produk dan layanan pariwisata. Oleh karena itu, koordinasi antara pemerintah, industri, dan lembaga internasional sangat penting dalam menangani tantangan ini secara efektif.

Dalam memahami dinamika pemulihan pariwisata global pasca-Idul Fitri dari perspektif ilmu ekonomi, penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendorong yang dapat mendorong pemulihan, faktor-faktor penghambat yang dapat menghambatnya, serta strategi pemulihan yang tepat untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.

Faktor-faktor Pendorong:

  1. Penurunan Pembatasan Perjalanan: Salah satu faktor pendorong utama untuk pemulihan pariwisata pasca-Idul Fitri adalah penurunan pembatasan perjalanan antarnegara. Saat negara-negara mulai membuka kembali perbatasan mereka dan menghapus atau mengurangi pembatasan perjalanan, ini akan membuka pintu bagi pemulihan kunjungan wisatawan.
  2. Peningkatan Vaksinasi: Peningkatan tingkat vaksinasi di banyak negara dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan mengurangi ketakutan akan penyebaran virus. Ini dapat mendorong lebih banyak orang untuk melakukan perjalanan, terutama ke destinasi wisata yang aman dan terjamin.
  3. Promosi Wisata Domestik: Promosi pariwisata domestik oleh pemerintah dan pelaku industri dapat menjadi faktor pendorong dalam menghidupkan kembali sektor pariwisata pasca-Idul Fitri. Wisatawan cenderung mencari pengalaman liburan yang lebih dekat dengan rumah mereka dalam kondisi ketidakpastian, sehingga promosi wisata domestik dapat meningkatkan kunjungan.
  4. Adopsi Teknologi: Penggunaan teknologi dalam menyediakan layanan yang lebih efisien dan aman bagi wisatawan dapat meningkatkan daya tarik destinasi. Misalnya, penggunaan aplikasi seluler untuk pembayaran tanpa kontak, pemesanan tiket, atau pemesanan akomodasi dapat membantu dalam mematuhi protokol kesehatan dan meningkatkan kenyamanan wisatawan.

Faktor-faktor Penghambat:

  1. Ketidakpastian Ekonomi: Ketidakpastian ekonomi global dapat menghambat pemulihan pariwisata pasca-Idul Fitri dengan mengurangi daya beli konsumen dan mengurangi permintaan akan layanan pariwisata. Penurunan pendapatan dan ketidakpastian pekerjaan juga dapat mengurangi kemampuan orang untuk melakukan perjalanan.
  2. Ketidakpastian Kesehatan: Ketidakpastian terkait dengan situasi kesehatan dan penyebaran virus masih menjadi faktor penghambat yang signifikan bagi pemulihan pariwisata. Kekhawatiran akan risiko penularan virus dapat menyebabkan wisatawan enggan melakukan perjalanan, terutama ke destinasi yang dianggap berisiko tinggi.
  3. Ketergantungan pada Wisatawan Asing: Banyak destinasi pariwisata yang terlalu bergantung pada wisatawan asing, yang dapat membuat mereka rentan terhadap gangguan eksternal seperti pandemi atau perubahan dalam kebijakan perjalanan internasional. Penurunan kunjungan wisatawan asing dapat menghambat pemulihan pariwisata di beberapa negara.
  4. Ketidakpastian Kebijakan: Ketidakpastian terkait dengan kebijakan perjalanan, protokol kesehatan, dan pembatasan lokal dapat membuat perencanaan perjalanan menjadi sulit bagi wisatawan. Kebijakan yang tidak konsisten antar negara atau bahkan di dalam negeri dapat menghambat pemulihan pariwisata.

Strategi Pemulihan:

  1. Diversifikasi Pasar: Industri pariwisata perlu diversifikasi pasar mereka untuk mengurangi ketergantungan pada satu segmen atau pasar tertentu. Ini dapat dilakukan dengan memperluas pangsa pasar ke wisatawan domestik, mengembangkan pasar baru, atau menyesuaikan produk dan layanan dengan kebutuhan segmen pasar yang berbeda.
  2. Investasi dalam Infrastruktur: Investasi dalam pengembangan infrastruktur pariwisata, termasuk transportasi, akomodasi, dan fasilitas wisata lainnya, dapat meningkatkan daya tarik destinasi dan meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan.
  3. Kemitraan Publik-Swasta: Kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga non-pemerintah dapat mempercepat pemulihan pariwisata dengan memobilisasi sumber daya dan expertise yang berbeda. Kemitraan ini dapat mencakup program promosi bersama, pengembangan produk pariwisata, atau investasi dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.
  4. Kepemimpinan dan Koordinasi: Kepemimpinan yang kuat dan koordinasi yang efektif antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri pariwisata, dan masyarakat lokal, sangat penting untuk memfasilitasi pemulihan pariwisata pasca-Idul Fitri. Ini memerlukan komunikasi terbuka, kolaborasi, dan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.

Dinamika pariwisata global pasca-Idul Fitri mencerminkan kompleksitas dan tantangan dalam pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Meskipun terdapat peluang untuk mempercepat pemulihan industri pariwisata, langkah-langkah konkret dan terkoordinasi diperlukan dari berbagai pihak. Dengan memanfaatkan teknologi, merancang kebijakan stimulus ekonomi yang tepat sasaran, dan meningkatkan kepercayaan publik, industri pariwisata dapat bangkit kembali dan menjadi salah satu motor utama dalam pemulihan ekonomi global pasca-pandemi.

Salah satu best practice atau success story dalam pemulihan pariwisata global pasca-Idul Fitri adalah yang terjadi di negara-negara yang berhasil mengadopsi strategi yang holistik dan efektif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh sektor pariwisata. Berikut adalah beberapa contoh success story dari perspektif ilmu ekonomi:

  1. Selandia Baru: Selandia Baru telah diakui sebagai salah satu contoh sukses dalam menangani pandemi COVID-19 dan memulihkan sektor pariwisata. Negara ini mengadopsi pendekatan yang cepat dan tegas dalam menanggapi pandemi dengan memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat dan langkah-langkah karantina yang ketat bagi wisatawan yang masuk. Pada saat yang sama, pemerintah Selandia Baru juga memberikan stimulus ekonomi yang besar untuk mendukung sektor pariwisata, termasuk bantuan finansial kepada perusahaan pariwisata yang terdampak dan kampanye promosi wisata domestik yang agresif. Kebijakan ini telah membantu Selandia Baru untuk memulihkan sebagian besar industri pariwisatanya dan menarik minat wisatawan domestik.
  2. Singapura: Singapura adalah negara lain yang berhasil dalam mengatasi pandemi COVID-19 dan memulihkan sektor pariwisatanya. Selain mengadopsi langkah-langkah karantina yang ketat dan pembatasan perjalanan, Singapura juga menginvestasikan sumber daya besar dalam pengembangan infrastruktur pariwisata dan inovasi teknologi. Negara ini meluncurkan kampanye promosi wisata digital yang inovatif dan menawarkan paket liburan yang menarik bagi wisatawan domestik. Singapura juga menarik wisatawan dengan mengadakan acara-acara khusus dan festival yang mematuhi protokol kesehatan.
  3. Uni Emirat Arab (UEA): UEA telah menjadi salah satu destinasi pariwisata yang berhasil dalam menarik wisatawan internasional pasca-Idul Fitri. Negara ini mengambil langkah-langkah proaktif untuk membuka kembali perbatasan bagi wisatawan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan menawarkan vaksinasi COVID-19 secara gratis kepada wisatawan yang berkunjung. UEA juga meluncurkan berbagai inisiatif promosi pariwisata, termasuk penawaran diskon besar-besaran untuk akomodasi dan atraksi wisata, serta penyelenggaraan acara-acara budaya dan hiburan yang menarik.

Kesuksesan negara-negara ini dalam memulihkan sektor pariwisata pasca-Idul Fitri menunjukkan pentingnya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, investasi dalam infrastruktur pariwisata dan inovasi teknologi, serta promosi yang efektif dan terkoordinasi. Ini merupakan contoh best practice yang dapat dijadikan acuan bagi negara-negara lain dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh industri pariwisata global dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun