Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi Inklusif: Resiliensi Kondisional (145)

2 Maret 2024   08:22 Diperbarui: 2 Maret 2024   08:41 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Negara-negara yang Gagal:

  1. Venezuela: Venezuela adalah contoh negara yang mengalami kegagalan dalam mencapai resiliensi kondisional ekonomi. Ketergantungan berlebihan pada sektor minyak, kurangnya diversifikasi ekonomi, serta kebijakan yang tidak stabil telah menyebabkan Venezuela rentan terhadap fluktuasi harga minyak dan krisis ekonomi yang dalam.
  2. Zimbabwe: Zimbabwe adalah negara lain yang mengalami kesulitan dalam mencapai resiliensi kondisional ekonomi. Kebijakan yang tidak tepat dalam hal pengelolaan ekonomi, inflasi yang tinggi, serta konflik politik internal telah menyebabkan ketidakstabilan ekonomi yang serius dan sulit untuk pulih.

Alasan kegagalan: Kedua negara ini gagal memperkuat resiliensi kondisional ekonominya karena kebijakan yang kurang tepat dalam mengelola risiko, ketergantungan pada sektor ekonomi tertentu, serta ketidakstabilan politik yang mengganggu proses pembangunan ekonomi.

Dalam kesimpulannya, negara-negara yang berhasil mencapai resiliensi kondisional ekonomi umumnya didukung oleh kebijakan yang proaktif dalam mengelola risiko, investasi dalam infrastruktur yang tahan bencana, diversifikasi ekonomi, serta stabilitas politik yang memungkinkan pelaksanaan kebijakan ekonomi yang konsisten. Di sisi lain, negara-negara yang gagal dalam mencapai resiliensi kondisional ekonomi sering kali menghadapi tantangan karena kebijakan yang tidak tepat, ketergantungan pada sektor ekonomi tertentu, serta konflik politik internal yang mengganggu proses pembangunan ekonomi.


Indonesia, dengan segala kekayaan alamnya, keanekaragaman budayanya, dan dinamika politik serta ekonominya yang unik, telah menghadapi berbagai tantangan sepanjang sejarahnya. Dari krisis ekonomi yang menghantam Asia pada tahun 1997 hingga gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004, Indonesia telah belajar bahwa resiliensi kondisional adalah kunci untuk menghadapi gangguan jangka pendek dan krisis yang tak terduga.

Pada tahun-tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam memperkuat resiliensi kondisionalnya. Salah satu faktor yang mendukung hal ini adalah keberhasilan dalam merespons krisis global, seperti krisis keuangan global pada tahun 2008 dan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga saat ini. Melalui kebijakan fiskal dan moneter yang bijaksana, Indonesia berhasil menjaga stabilitas ekonominya, meskipun menghadapi tekanan dari luar yang besar.

Diversifikasi ekonomi juga telah menjadi fokus utama dalam upaya memperkuat resiliensi ekonomi Indonesia. Dengan memperluas basis ekonominya melalui pengembangan sektor-sektor non-pertanian, seperti industri manufaktur, pariwisata, dan jasa keuangan, Indonesia menjadi lebih mampu menghadapi volatilitas harga komoditas dan fluktuasi pasar global. Selain itu, upaya untuk memperkuat konektivitas antar pulau dan pengembangan infrastruktur juga telah membantu mengurangi disparitas regional dan meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

Pemerintah Indonesia juga telah meningkatkan investasi dalam infrastruktur yang tahan bencana, mengingat posisi geografis negara ini yang rentan terhadap bencana alam. Dengan membangun jaringan transportasi, energi, dan komunikasi yang tangguh, Indonesia menjadi lebih siap dalam menghadapi bencana seperti gempa bumi, banjir, atau erupsi gunung berapi, serta dapat mempercepat proses pemulihan pasca-bencana.

Namun, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam memperkuat resiliensi kondisional ekonomi Indonesia. Ketimpangan sosial dan ekonomi yang masih tinggi, serta tantangan terkait dengan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, merupakan beberapa contoh masalah yang perlu ditangani secara serius. Pengembangan sumber daya manusia, penguatan jaringan sosial, dan kebijakan lingkungan yang berkelanjutan adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi tantangan ini.

Dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat dan lebih tangguh. Melalui langkah-langkah konkret dalam memperkuat resiliensi kondisionalnya, Indonesia dapat memastikan bahwa negara ini tetap stabil dan berkembang, bahkan di tengah tantangan yang paling berat sekalipun. Dengan demikian, resiliensi kondisional bukan hanya sekedar konsep, tetapi juga menjadi landasan untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi ekonomi Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun