Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money

Pertumbuhan Ekonomi Inklusif: Resiliensi Ekonomi (31)

15 Februari 2024   04:58 Diperbarui: 15 Februari 2024   05:01 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Resiliensi ekonomi merujuk pada kemampuan suatu sistem ekonomi untuk bertahan dan pulih dari gangguan atau tekanan eksternal. Berikut adalah definisi, bentuk, jenis, dan contoh resiliensi ekonomi:

  1. Definisi: Resiliensi ekonomi adalah kemampuan suatu ekonomi untuk bertahan, pulih, dan bahkan berkembang setelah mengalami gangguan atau krisis ekonomi. Ini melibatkan kemampuan untuk menahan tekanan eksternal, menyesuaikan diri dengan perubahan, dan memulihkan diri ke tingkat kinerja sebelumnya atau yang lebih baik.
  2. Bentuk Resiliensi Ekonomi:
    • Resiliensi Struktural: Kemampuan sistem ekonomi untuk bertahan dari gangguan struktural jangka panjang, seperti perubahan teknologi atau perubahan dalam struktur industri.
    • Resiliensi Kondisional: Kemampuan sistem ekonomi untuk bertahan dari gangguan jangka pendek atau krisis, seperti resesi ekonomi, bencana alam, atau krisis keuangan.
  3. Jenis Resiliensi Ekonomi:
    • Resiliensi Makroekonomi: Kemampuan suatu negara untuk menahan tekanan eksternal dan mempertahankan stabilitas makroekonomi, seperti inflasi yang terkendali, tingkat pengangguran yang rendah, dan pertumbuhan ekonomi yang stabil.
    • Resiliensi Mikroekonomi: Kemampuan perusahaan atau sektor industri untuk bertahan dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis, termasuk perubahan dalam permintaan pasar atau kondisi persaingan.
  4. Contoh Resiliensi Ekonomi:
    • Setelah krisis keuangan global pada tahun 2008, beberapa negara berhasil pulih dengan cepat dan bahkan mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat, seperti Australia dan Kanada, karena kebijakan yang tepat dan kerangka keuangan yang kokoh.
    • Jepang adalah contoh resiliensi ekonomi dalam menghadapi bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011. Meskipun kerusakan besar, Jepang berhasil pulih dengan cepat karena infrastruktur yang kuat dan respons pemerintah yang cepat.
    • Industri teknologi di Silicon Valley, AS, menunjukkan resiliensi mikroekonomi dengan kemampuannya untuk terus berinovasi dan berkembang meskipun perubahan pasar dan persaingan yang intensif.

Dengan memahami dan mengembangkan resiliensi ekonomi, suatu negara atau wilayah dapat meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi tantangan ekonomi dan mengurangi dampak negatif dari krisis atau gangguan.

Resiliensi ekonomi merujuk pada kemampuan suatu sistem ekonomi untuk bertahan, pulih, dan bahkan berkembang setelah mengalami gangguan atau goncangan ekonomi. Ini bisa berupa krisis keuangan, bencana alam, perubahan pasar global, atau situasi tidak terduga lainnya.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi tingkat resiliensi ekonomi suatu negara atau wilayah:

  1. Kediversifikasi-an ekonomi: Negara dengan ekonomi yang beragam cenderung lebih tahan terhadap goncangan dalam satu sektor tertentu.
  2. Infrastruktur yang kuat: Infrastruktur yang baik, termasuk jaringan transportasi, energi, dan telekomunikasi, dapat membantu mempercepat pemulihan setelah bencana atau krisis.
  3. Kestabilan keuangan: Sistem keuangan yang kuat, dengan peraturan yang efektif dan lembaga pengawasan yang baik, dapat membantu mencegah krisis keuangan yang meluas.
  4. Sistem pendidikan dan kesehatan yang kuat: Tenaga kerja yang sehat dan terdidik lebih mampu beradaptasi dengan perubahan ekonomi dan berkontribusi pada pemulihan ekonomi setelah krisis.
  5. Kebijakan pemerintah yang responsif: Kebijakan ekonomi yang fleksibel dan responsif dari pemerintah dapat membantu mengurangi dampak negatif krisis dan mempercepat pemulihan.
  6. Inovasi dan teknologi: Negara yang mengadopsi inovasi dan teknologi baru secara aktif cenderung lebih mampu beradaptasi dengan perubahan pasar dan meningkatkan produktivitas ekonomi mereka.

Ketika resiliensi ekonomi dipertimbangkan secara keseluruhan, itu mencakup kemampuan suatu negara untuk mengelola risiko, merespons perubahan eksternal, dan memperbaiki diri sendiri setelah terkena gangguan.

Resiliensi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi inklusif adalah dua konsep yang saling terkait tetapi memiliki fokus yang sedikit berbeda dalam konteks pembangunan ekonomi. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua konsep tersebut:

  1. Resiliensi Ekonomi:
    • Resiliensi ekonomi merujuk pada kemampuan suatu sistem ekonomi untuk bertahan dan pulih dari gangguan atau tekanan eksternal, seperti krisis keuangan, bencana alam, atau perubahan pasar global.
    • Faktor-faktor yang memengaruhi resiliensi ekonomi termasuk keberagaman ekonomi, infrastruktur yang kuat, kebijakan pemerintah yang responsif, dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan ekonomi.
    • Tujuan dari membangun resiliensi ekonomi adalah untuk mengurangi kerentanan terhadap risiko ekonomi dan meningkatkan kemampuan untuk pulih dengan cepat setelah terjadi gangguan.
  2. Pertumbuhan Ekonomi Inklusif:
    • Pertumbuhan ekonomi inklusif adalah konsep yang menekankan pentingnya memastikan bahwa manfaat dari pertumbuhan ekonomi didistribusikan secara merata di seluruh lapisan masyarakat, termasuk yang kurang mampu dan terpinggirkan.
    • Tujuan dari pertumbuhan ekonomi inklusif adalah untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi, memerangi kemiskinan, dan memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam dan mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi.
    • Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi inklusif termasuk kebijakan redistribusi, akses yang adil terhadap pendidikan dan pelatihan, dukungan terhadap kewirausahaan, dan perlindungan sosial yang kuat.

Hubungan antara kedua konsep tersebut adalah bahwa resiliensi ekonomi dapat membantu mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif dengan menciptakan lingkungan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi inklusif dapat membantu memperkuat resiliensi ekonomi dengan memperluas basis ekonomi, memperkuat jaringan sosial dan kelembagaan, dan meningkatkan ketahanan individu dan komunitas terhadap tekanan ekonomi. Dengan memadukan upaya untuk membangun resiliensi ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, suatu negara atau wilayah dapat mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Pertumbuhan ekonomi inklusif akan lebih tahan terhadap goncangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun