Nahdlatul Ulama (NU) adalah sebuah organisasi Islam di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan pengaruh yang besar dalam perkembangan Islam di negara ini. Berikut adalah sejarah singkat NU:
Pendirian (1926): NU didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya oleh sekelompok ulama dan tokoh masyarakat, yang dipimpin oleh Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari. Pendirian NU dipicu oleh kekhawatiran akan pengaruh gerakan modernisasi yang muncul pada saat itu, khususnya gerakan Wahabi dari Arab Saudi. NU bertujuan untuk menjaga tradisi keislaman yang moderat dan menghadapi tantangan modernisasi. NU didirikan sebagai respons terhadap modernisasi dan kebangkitan gerakan Wahabi. Pada awalnya, NU fokus pada pelestarian tradisi keislaman dan keterlibatan dalam perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Pada masa ini, NU terlibat aktif dalam membentuk identitas Islam di Indonesia.
Perlawanan terhadap Kolonialisme: Selama masa penjajahan Belanda, NU secara aktif terlibat dalam perlawanan dan gerakan nasionalis. Para kyai (ulama) NU memberikan dukungan moral dan spiritual kepada pejuang kemerdekaan Indonesia.
Ketika Indonesia Merdeka (1945): NU memberikan dukungan untuk pembentukan negara Indonesia merdeka. Salah satu tokoh NU, KH. Wahid Hasyim, menjadi Menteri Agama dalam kabinet pertama Indonesia. NU mendukung pembentukan negara Indonesia merdeka dan berkontribusi pada upaya nasionalisme. Dalam periode ini, NU juga aktif dalam pendidikan dan kesejahteraan sosial.
Konflik dengan PKI (1965): Selama krisis politik 1965, NU terlibat dalam konflik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). NU mendukung pemerintah dan militer dalam menghadapi PKI, dan ini membawa dampak terhadap peran NU dalam politik Indonesia.
Era Orde Baru (1966-1998): Selama pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto, NU berkembang pesat tetapi juga mengalami kendala. Pemerintah mendukung NU sebagai benteng anti-komunis, tetapi pada saat yang sama membatasi aktivitas politik dan keagamaan NU. Pasca-konflik 1965 dan selama pemerintahan Orde Baru, NU mengalami perubahan dinamika. Meskipun mendukung pemerintah dalam menghadapi PKI, NU juga menghadapi kendala, termasuk pembatasan terhadap aktivitas politik dan keagamaan. NU tumbuh secara pesat, tetapi keterlibatannya dalam politik dibatasi.
Reformasi (1998): Setelah jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, NU memainkan peran penting dalam era reformasi. NU menjadi lebih terlibat dalam politik dan masyarakat sipil. Abdurrahman Wahid, juga dikenal sebagai Gus Dur, seorang tokoh NU, menjadi Presiden Indonesia pada tahun 1999. Jatuhnya Orde Baru membuka peluang baru bagi NU. Organisasi ini aktif dalam era reformasi, dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), seorang tokoh NU, menjadi Presiden Indonesia. NU menjadi lebih terlibat dalam politik dan masyarakat sipil, dan sayap politiknya, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), mendapatkan pengaruh.
Pemilu dan Peran Politik (2000-an): NU terus menjadi kekuatan politik yang signifikan di Indonesia. Organisasi ini memiliki sayap politik, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang menjadi salah satu partai politik utama di Indonesia.
Peran dalam Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial: Selain politik, NU juga aktif dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan sosial. Mereka mengelola ribuan pesantren (sekolah Islam tradisional) di seluruh Indonesia dan memiliki peran besar dalam pendidikan agama dan karakter. Selama bertahun-tahun, NU terus memainkan peran besar dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan sosial. Ribuan pesantren yang dikelola oleh NU menjadi pusat pendidikan Islam tradisional. NU juga terlibat dalam berbagai proyek kesejahteraan sosial untuk mendukung masyarakat.
Moderasi dan Toleransi (Selama Ini): NU dikenal karena pendekatannya yang moderat dalam Islam dan upayanya untuk mempromosikan toleransi antar-agama serta keberagaman di Indonesia. Organisasi ini terus berkomitmen untuk mendorong dialog antar-agama dan membangun perdamaian.
Globalisasi dan Modernisasi (Kontemporer): Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi, NU terus beradaptasi. Organisasi ini aktif dalam mengelola media sosial dan berpartisipasi dalam berbagai platform untuk memperkuat citra Islam moderat.