Mohon tunggu...
Politik

Demokrasi ataukah Pasar

14 April 2015   21:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demokrasi ataukah Pasar
Suatu negara dikatakan demokrasi apabila kebebasan berpendapat, kebebasan memilih,  kebebasan pers menjadi prioritas utama dan dapat mempengaruhi kebijakan – kebijakan pemerintah. Ketika asas pemerintahan yang bersumber dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat digembor – gemborkan oleh para elite sampai para buruh tani. Namun sudah sesuaikah demokrasi yang kita anut dengan jatidiri bangsa Indonesia?.
Dapat kita saksikan bahwa demokrasi sekarang bagaikan pasar. Sedangkan seperti yang kita ketahui pasar identik dengan tempat proses tawar menawar antara penjual
dan pembeli yang didalamnya ada kesepakatan bersama dan saling menguntungkan satu sama lain. Begitu juga demokrasi kita sekarang, tawar menawar kebijakan
antar elite politik sering kita saksikan. Mengorbankan kepentingan rakyat demi kesenangan pribadi maupun golongan tertentu. Partai politik terbentuk karena adanya ideologi.
Sedangkah ideologi ini digunakan untuk membungkus  kepentingan. Perkataan ini bukanlah sebuah omong kosong belaka. Kita telah sama-sama mengetahui, seperti apa kenyataan demokrasi yang berjalan di Indonesia. Dan seperti apa carut marut perpasaran yang terjadi. Money polityc, transaksi kekuasaan,
kesepakatan kebijakan yang diselimuti oleh janji-janji dan retorika dari para elit pilitik. Jutaan rakyat terkesima, jutaan rakyat tertipu. Tapi pada kenyataannya para elit itu hanya mengumbar janji tanpa bukti.
Demokrasi pada dasarnya begitu indah jika implementasi dari mandat demokrasi tersebut disampaikan dengan benar dan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku
dengan mengatas namakan moral hati nurani. Disini yang salah bukan demokrasi,tetapi para elit politik yang salah,yang memanfaatkan demokrasi sebagai ajang mencari kekuasaan
bukan membangun bangsa yang lebih sejahtera.
Indonesia perlu belajar lebih banyak mengenai demokrasi,terutama menumbuhkan sikap moral demokrasi pancasila yang semua tujuannya hanya untuk kesejahteraan rakyat.
Jati  diri bangsa indonesia sudah sesuai dengan demokrasi pancasila tetapi belum begitu cakap dalam melaksanakan demokrasi. Kita sebagai kader penerus perjuang bapak
pendiri bangsa harus menyiapkan dengan baik dengan bermoral pancasila,agar terwujud pemimpin – pemimpin yang shidik amanah tablik dan fathonah untuk kesejahteraan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun