Mohon tunggu...
Syaifudin
Syaifudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas airlangga

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maraknya Kasus Peceraian di Kabupaten Tuban: Penyebab, Dampak, dan Solusi

13 Agustus 2024   16:28 Diperbarui: 13 Agustus 2024   16:38 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus perceraian yang semakin marak di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, menjadi topik hangat yang memerlukan perhatian serius. Masalah ini tidak hanya memengaruhi pasangan yang bercerai, tetapi juga berdampak luas pada masyarakat dan struktur sosial di daerah tersebut. Untuk memahami lebih dalam, penting untuk mengeksplorasi penyebab, dampak, dan solusi terkait fenomena ini.Penyebab Perceraian di Kabupaten Tuban

1. Masalah Ekonomi: Salah satu penyebab utama perceraian di Kabupaten Tuban adalah masalah ekonomi. Ketidakmampuan pasangan dalam memenuhi kebutuhan dasar atau menghadapi krisis finansial sering memicu ketegangan yang akhirnya berujung pada perceraian. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tekanan ekonomi dapat memperburuk hubungan suami istri, mengakibatkan stres dan konflik yang berkepanjangan. [BPS Jawa Timur](https://jatim.bps.go.id/).

2. Ketidakcocokan Pribadi: Ketidakcocokan dalam hal pandangan hidup, tujuan, atau gaya hidup juga sering menjadi penyebab perceraian. Pasangan yang tidak dapat menemukan titik temu dalam hal-hal dasar sering kali mengalami kesulitan dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Penelitian dalam Jurnal Psikologi Sosial menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan dalam nilai-nilai dan harapan dapat memperbesar kemungkinan perceraian. [Jurnal Psikologi Sosial](https://journals.usu.ac.id/jps).

3. Keterlibatan Pihak Ketiga: Kasus perselingkuhan atau adanya hubungan dengan pihak ketiga seringkali menjadi pemicu perceraian. Ketidaksetiaan atau adanya hubungan luar nikah dapat menghancurkan kepercayaan dalam pernikahan, menyebabkan pasangan mengalami krisis yang sulit diatasi. [Lembaga Penelitian Sosial dan Kesejahteraan](https://www.lpsk.go.id/).

4. Tekanan Sosial dan Budaya: Perubahan norma sosial dan budaya yang cepat mempengaruhi persepsi masyarakat tentang pernikahan dan perceraian. Transformasi nilai-nilai keluarga dan meningkatnya eksposur terhadap model hubungan yang berbeda dapat mempengaruhi keputusan untuk bercerai. Data dari Pusat Studi Gender Universitas Airlangga menunjukkan bahwa perubahan sosial dan budaya berdampak pada stabilitas pernikahan. [Pusat Studi Gender Universitas Airlangga](https://gender.unair.ac.id/).

5. Kurangnya Pendidikan Pernikahan: Banyak pasangan di Kabupaten Tuban yang tidak memiliki pengetahuan cukup tentang bagaimana menjalani pernikahan yang sehat. Kurangnya pendidikan pranikah membuat pasangan tidak siap menghadapi tantangan yang muncul dalam pernikahan mereka. [Pusat Pelatihan Keluarga Negara](https://www.pusatpelatihankeluarga.go.id/).

Dampak Perceraian bagi Masyarakat

1. Dampak Sosial: Perceraian seringkali berdampak pada struktur sosial masyarakat. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang bercerai mungkin menghadapi masalah emosional dan psikologis, seperti kecemasan dan depresi. Keharmonisan sosial juga dapat terganggu, dan perceraian yang tinggi dapat mempengaruhi pandangan masyarakat tentang nilai-nilai keluarga. [BPS Jawa Timur](https://jatim.bps.go.id/).

2. Dampak Ekonomi: Perceraian dapat mengakibatkan beban ekonomi tambahan bagi kedua belah pihak. Keluarga yang bercerai sering kali harus menghadapi biaya hidup yang meningkat, termasuk biaya hukum dan tunjangan anak. Hal ini dapat memperburuk situasi ekonomi yang sudah tidak stabil. [Lembaga Penelitian Sosial dan Kesejahteraan](https://www.lpsk.go.id/).

3. Dampak Psikologis: Dampak psikologis perceraian tidak hanya dirasakan oleh pasangan yang bercerai, tetapi juga oleh anak-anak mereka. Anak-anak dapat mengalami stres emosional yang signifikan, yang dapat berdampak pada perkembangan mereka di masa depan. Penelitian dalam Jurnal Psikologi Sosial mengungkapkan bahwa perceraian dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental pada anak-anak. [Jurnal Psikologi Sosial](https://journals.usu.ac.id/jps).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun