Oleh: Syaifudin*
Alkisah disebuah Negara Monesia, terdapatlah kota yang padat penduduknya dan tinggi aktivitas sosial dan perekomoniannya. Kota itu bernama Mokarta. Mokarta sebagai kota yang menjanjikan penghidupan, tak pelak warganya memanfaatkannya sebagai lahan memanen harta dan tahta, dari yang memanen dengan cara halal sampai haram. Di Mokarta jugalah terdapatlah berbagai kerajaan, salah satunya Kerajaan Mokarta. Kerajaan Mokarta termasuk wilayah yang dikenal di Negera Monesia sebagai wilayah yang banyak kaum cendikianya atau kaum terdidik. Kerajaan Mokarta termasuk kerajaan yang bersejarah, karena Kerajaan Mokarta merupakan kerajaan sentral di Negara Monesia.
Kerajaan Mokarta dalam mengurusi rakyatnya, memfokuskan diri untuk mendidik rakyatnya agar kelak dapat menjadi seorang pedagog. Oleh karena itu Kerajaan Mokarta dikenal sebagai kerajaan yang melahirkan para pedagog yang mencerdaskan dan mencerahkan rakyat di berbagai wilayah Negera Monesia. Banyak tokoh - tokoh besar yang lahir dari Kerajaan Mokarta ini, dan kemudian dikenal se-Negera Monesia.
Terlepas dari hingar - bingar kehidupan Kota Mokarta yang banyak penduduknya mencari harta dan tahta, ternyata Kerajaan Mokarta tidak lepas dari jeratan para oknum yang haus akan harta dan tahta. Ironisnya, oknum itu adalah raja dan para teknokrat Kerajaan Mokarta. Oleh mereka yang haus akan harta dan tahta ini, kemudian Kerajaan Mokarta diubah oleh beberapa oknum teknokrat yang bermental mediokrasi menjadi layaknya institusi politik dan ekonomi.
Ambisi para oknum teknokrat yang hendak memupuk harta dan mewariskan tahta ini, kemudian salah satunya dimanisfestasikan dengan transaksi jual - beli gelar kehormatan kaum terdidik dengan mempersilahkan siapa saja yang bisa memberikan harta dan jaringan tahta, maka ia bisa dengan cepat mendapat gelar kehormatan kaum terdidik.  Sebab gelar kehormatan kaum terdidik bagi rakyat di Negara Monesia sangat berarti sekali, khususnya untuk menaikan status sosial dan simbol kecerdasan bagi seseorang. Melihat adanya peluang tinggi atas permintaan gelar kehormatan kaum terdidik ini, kemudian para kaum oknum teknokrat medioker ini membuat sebuah Program Aneka Kecepatan Bimbingan Orang Sukses  atau disingkat PAKBOS.
Di sinilah konspirasi besar di mulai. Para teknokrat Kerajaan Mokarta  yang seharusnya menjadi inspirasi dan pemberi visi masa depan bagi rakyat Kerajaan Mokarta, tetapi justru merekalah yang menjadi para oknum teknokrat medioker yang berdiri dibelakang konspirasi besar ini yang perlahan menggerus nilai - nilai suci Kerajaan Mokarta. Kini kejahatan sedang tumbuh dalam Kerajaan Mokarta. Konspirasi para oknum teknokrat medioker sedang merampok nilai - nilai suci Kerajaan Mokarta. Kerajaan Mokarta dari luar terlihat sehat, namun dari dalam sebenarnya sakit.
Oleh para oknum teknokrat medioker ini, PAKBOS kemudian disulap menjadi mesin harta dan tahta. Rakyat Kerajaan Mokarta sudah tahu rahasia umum mengenai keberadaan PAKBOS ini,  yang terbilang sebuah program Kerajaan Mokarta yang  favorit bagi para raja - raja kecil, bangsawan, dan kesatria yang ada di wilayah Negera Monesia. PAKBOS ini memang terbilang berbeda dengan program yang ada dan dimiliki oleh Kerajaan Mokarta dalam mendidik dan memberikan gelar kehormatan kaum terdidik pada rakyatnya.  PAKBOS  ini tidak seketat dengan program Kerajaan Mokarta yang ada. Hal inilah yang kemudian membuat para raja - raja kecil, bangsawan, dan kesatria  yang mengikuti PAKBOS merasa lebih mudah dan tidak ketat dalam kegiatannya. Alhasil di PAKBOS ini tidak sedikit para raja - raja kecil, bangsawan, dan kesatria lulus dengan cepat dan berpredikat sangat baik dalam meraih gelar kehormatan kaum terdidik.
Di PAKBOS inilah sosok Raja  Jon sangat berperan besar dalam konspirasi jahat ini. Raja Jon selain sebagai makelar jual - beli gelar kehormatan kaum terdidik, ia juga memiliki peran dalam menentukan siapa pembimbing bagi para peserta PAKBOS yang berasal dari para raja - raja kecil, bangsawan, dan kesatria yang berasal dari berbagai wilayah negeri Monesia.  Raja Jon jugalah yang kemudian memiliki banyak sekali peserta bimbingan peserta PAKBOS. Raja Jon tahu, makin banyak yang ia bimbing, maka makin banyak juga harta yang akan ia dapatkan. Karena Jon adalah Raja, maka ia kemudian merasa bisa mengantur dan mengendalikan sistem di PAKBOS dan di Kerajaan Mokarta.  Apa yang dilakukan oleh Raja Jon, tidak dilakukan sendiri.  Raja Jon dibantu oleh ajudannya, rekannya dan keluarganya yang terlibat dalam kegiatan PAKBOS.
Hal yang paling miris adalah ketika proses kegiatan di Kerajaan Mokarta kemudian menjadi transaksional harta dan tahta. Hal ini terjadi ketika ada lulusan PAKBOS yang berasal dari para raja - raja kecil, bangsawan, dan kesatria yang diangkat menjadi anggota dewan penyantun dan bahkan sekaligus dipromosikan menjadi Guru Terhormat Tertinggi dan Terdidik  (sebuah status sosial paling tertinggi dalam dunia perguruan di Negeri Monesia dan Kerajaan Mokarta) serta terlibat dalam kegiatan di PAKBOS sebagai pedagog.
Kompensasi atas hal ini, yaitu beberapa rekan Raja  Jon diangkat menjadi petinggi di sebuah Lembaga Usaha Kerajaan Milik Negara Idaman Monesia (LUKMIN), seperti Panglima Kancilun, dan Panglima Kelinciun. Ada juga Panglima Sapiun yang menjadi petinggi di Lembaga Kemanusiaan Monesia Eyang Nangkring (LAKIMEN). Namun ada yang lucu antara Raja Jon dan Panglima Sapiun, walaupun sama - sama satu daerah dengan Raja  Jon, tetapi karena mereka sama - sama memiliki kepentingan. Alhasil Raja Jon pernah menggoyang jabatan Panglima Sapiun, tetapi karena Panglima Sapiun tahu kartu AS kejahatan Raja. Jon, ia pun mengancam balik akan membongkar skandal yang dilakukan Raja  Jon kepada Raja Tertinggi Negera Monesia dan Rakyat Kerajaan Mokarta. Akhirnya pertengkaran antara Raja Jon dengan Panglima Sapiun pun damai kembali nampak dari luar, namun masih bergejolak dari dalam.
Konspirasi para oknum teknokrat medioker di Kerajaan Mokarta mengenai jual - beli gelar kehormatan kaum terdidik, pada akhirnya tercium juga oleh Kementerian Kerajaan Tertinggi Negara Monesia. Hal inilah yang membuat nama Kerajaan Mokarta menjadi viral dalam berbagai pembincangan di kalangan rakyat  kerajaan di seluruh Negara Monesia. Pasalnya Kerajaan Mokarta dikenal oleh rakyat  kerajaan di seluruh Negara Monesia  sebagai Kerajaan besar dan melahirkan para benggawan pedagog yang termasyur. Mengapa itu bisa sampai terjadi. Rupanya ini karena hasrat kekuasaan yang terlalu berlebihan yang ada pada diri Raja Jon. Sehingga ia menyalahgunakan jabatannya sebagai seorang Raja. Inilah rupanya yang sedang menjadi "penyakit" bagi Kerajaan Mokarta. Arogansi kekuasaan  Raja Jon digunakan untuk menutupi defisit kebijaksanaan dan akal sehat sebagai rakyat Kerajaan Mokarta. Bahkan bagi rakyat Kerajaan Mokarta yang dianggap mengkritik kebijakan Raja Jon, maka mereka akan direpresi daya kritisnya dengan intimidasi. Pada akhirnya, arogansi kekuasaan Raja Jon akan menghasilkan kebinasaan rakyat  Kerajaan Mokarta. Itu terbukti dengan matinya daya kritis rakyat Kerajaan Mokarta.  Sehingga rakayat Kerajaan Mokarta apatis dan diam tiarap, serta memiliki kesadaran palsu.