Mohon tunggu...
Syaifuddin
Syaifuddin Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian dan praktisi ekonomi syariah

Dosen ekonomi syari'ah, konsultan manajemen keuangan syari'ah, dan dewan pengawas syari'ah di Lembaga Keuangan Syari'ah. Pegiat dan peneliti keuangan syari'ah.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menggaet Konsumen Milenial

9 Juni 2020   08:45 Diperbarui: 9 Juni 2020   09:25 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alfara Research Center melakukan survai perilaku konsumen muslim milennial di Indonesia. Survai dilakukan pada bulan ramadhan di masa pandemi Covid-19, April 2020.  Periset membagi generasi terkini dalam 3 kategori yaitu : Generasi X (Lahir 1965-1980), Generasi Milennial (Lahir 1981-1997) dan Generasi Z (Lahir 1998-2010). Prosentasenya : Gen X (25,74%), Milennial (33,75%) dan Gen Z (29,23%).

Gen X disebut digital imigrant menggunakan internet 1-3 jam per hari.  Ini generasi saya dan yang usianya di atas 40 tahun. Milennial merupakan generasi internet dengan pemakaian internet 4-6 jam per hari. Generasi milennial saat ini berusia di rentang 23-39 tahun. Gen Z adalah generasi mobile dengan konsumsi internet lebih dari 7 jam. Mereka berusia antara umur 10-22 tahun.

Generasi Z pada tahun 2030 adalah para profesional muda. Bank syariah atau lembaga keuangan syariah lainnya, apabila jeli melihat peluangnya kedepan harus melihat fakta ini. Lembaga keuangan syari'ah yang tidak menggunakan IT sebagai basis layanan, akan kehilangan pasar potensial ini yang jumlahnya 60% nasabah (180 juta jiwa) . Perguruan tinggi yang tidak segera mengembangkan pembelajaran e learning atau proses pendidikan berplatform IT, maka siap siap kehilangan mahasiswa dalam jumlah besar.

'Generasi yang hilang' atau Loss Generation akan betul betul menjadi kenyataan, bila pembinaan Generasi milennial plus Gen Z yang 60% tidak didesain dengan baik sesuai karakteristik mereka. Generasi milennial puncak produktifitasnya 10 tahun kedepan. Generasi Z puncak produktifitasnya 20 tahun kedepan. Intervensi sosial terhadap generasi milennial seharusnya didesain 5 tahun sejak dari sekarang. Intervensi sosial generasi Z seharusnya didesaian untuk10 tahun kedepan sejak dari sekarang.

Belanja bulanan tiga generasi untuk keperluan komunikasi dan hiburan. Gen x (16,9%), Milennial (19,1%) dan Gen Z (21,3%). Gen X adalah generasi nyaman, Generasi Milennial adalah generasi pejuang dan Gen Z generasi tanpa beban.

Generasi milennial ( generasi pejuang) adalah masa depan peradaban dunia setelah kita (Generasi X), generasi mapan. Generasi mapan masa depannya tergantung pada kehebatan generasi X. Bila daya saingnya memble, inovasinya rendah, kapasitas SDM kecil, etika sosialnya ambyar, maka generasi X yang saat itu sudah menjadi lansia akan betul betul menjadi warga senior yang malang.

Perilaku belanja online dalam 1 minggu terahir 87,1% ya, sisanya 12,9% tidak. Maka mayoritas generasi milennial sudah bergeser perilakunya menjadi online, membayar non tunai, mengirimkan lewat jasa kurir. Maka media pembayaran dan uang digital adalah pasar baru perekonomian. Jasa pengiriman menjadi bisnis yang mempunyai masa depan. Para pebisnis juga menyadari dan harus mempersiapkan sebaik baiknya era perdagangan online. Meskipun perdagangan tradisional tidak sepenuhnya mati, tapi perdagangan online mulai mengambil alih sebagian besar pangsa pasar perdagangan tradisional.

Apa yang dibeli oleh generasi milennial plus Gen Z juga menarik. Belanja elektronik (48,1%), makanan dan minuman (22,1%), perkakas rumah tangga (22,8%), bahan pokok(19,8%), handphone (2,3%), pakaian (21%) dan lainnya (12%). Informasi apa yang dibeli ini sekaligus memberikan informasi kepada para pelaku bisnis, peluang dan tantangan bisnis untuk generasi enam puluh persen. Perilaku konsumen generasi ini juga ciri cirinya semakin jelas sinkron dengan perilaku berinternet dan bisa jadi perilaku bermedia sosial. Korelasi antara perilaku bermedia sosial dengan perilaku konsumsi menarik untuk diulas dalam tulisan lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun