Daun-daun Ramadan berekahan lagi
Nafasnya mengaurkan gairah, gelak cahaya, dan harum doa
Alun-alun kampung digerayangi cengkerama
Ibu-ibu dan bapak-bapak senjakala
Katanya, alhamdulillah Allah
Memberikan izin memanen pahala
Sebelum usia menjadi mala
Menggugurkan buah-buah dosa
Sebelum meletus jadi nanah
Dari kolong rumah, alu beradu
Anak dara anak jejaka
diguyur peluh
Mengoyak bulir-bulir padi dalam lesung
gaharu
Aku ingin pulang kampung memanggul kayu
Menyeret luka rindu
Puasa pertama dalam linangan air mata ibu
Oi pohon-pohon Ramadan merimbun lagi
Mengakar di degup jantungku berbunga di kepala rantauku
Tadarus dan tasyakur berdengung, merambati rambut-rambut malam
Menidurkan pohon pisang melembutkan suara air pancuran
Muzakkir dan Salahuddin berlomba tamatkan kitab suci
Sebelum matahari muncul bergigi seri
Sebelum 1 Syawal datang menggandeng tangan takbir, tahlil, dan tahmid
Auuui, kafilah sarung berarak menggebuk panci
Sahur sahur sahur sebelum subuh sebelum pintu dirogoh tangan matahari
Ramadan tamu Allah tamu hamba
Jalan-jalan kampung didatangi anak-anak purnama
Lorong-lorong dijaga lampu pelita yang jelita
Gotong royong warga sebelum muncul mata senja
Menyambut handai taulan dari negeri rantauan
Orang-orang yang masih ada kamus setia di dalam rahasia dada dan rayuan rantau
Melihat kerabat dan kampung halaman
Menengok keluarga di sunyi pekuburan
Dan bedug digebuk bertalu-talu
Seperti menggebuk jantung dosa hamba
Hati berdegup penuh haru Anak-anak menari dan menyeru-nyeru
Ayah…ibu, ananda datang membawa oleh-oleh berkarung-karung dosa
Aku datang ingin mencuci nyawa
Dan mati dalam linangan air matamu yang paling murni
Kampung Salubulung digenangi doa dan rindu
Hutan-hutan merinding sungai-sungai nyanyikan kebahagiaan air
Kafilah Ramadan berarak datang
Kendari, 20 Agustus 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H