Mohon tunggu...
Syaifuddin Gani
Syaifuddin Gani Mohon Tunggu... profesional -

SYAIFUDDIN GANI lahir di Kampung Salubulung, Mambi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat, September 1978. Bergiat di Teater Sendiri Kendari. Sajak-sajaknya dimuat diberbagai majalah sastra, Koran, dan antologi bersama. Bulan Agustus 2009, mengikuti Perogram Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) bidang Esai. Bekerja di Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara. Memiliki istri dan satu anak yang dicintai. Email: om_puding@yahoo.com dan HP 081341677013.Kumpulan sajak tunggalnya Surat dari Matahari (Komodo Books) terbit April 2011.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Elegi Ramadan

24 April 2013   13:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:40 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Daun-daun Ramadan berekahan lagi

Nafasnya mengaurkan gairah, gelak cahaya, dan harum doa

Alun-alun kampung digerayangi cengkerama

Ibu-ibu dan bapak-bapak senjakala

Katanya, alhamdulillah Allah

Memberikan izin memanen pahala

Sebelum usia menjadi mala

Menggugurkan buah-buah dosa

Sebelum meletus jadi nanah

Dari kolong rumah, alu beradu

Anak dara anak jejaka

diguyur peluh

Mengoyak bulir-bulir padi dalam lesung

gaharu

Aku ingin pulang kampung memanggul kayu

Menyeret luka rindu

Puasa pertama dalam linangan air mata ibu

Oi pohon-pohon Ramadan merimbun lagi

Mengakar di degup jantungku berbunga di kepala rantauku

Tadarus dan tasyakur berdengung, merambati rambut-rambut malam

Menidurkan pohon pisang melembutkan suara air pancuran

Muzakkir dan Salahuddin berlomba tamatkan kitab suci

Sebelum matahari muncul bergigi seri

Sebelum 1 Syawal datang menggandeng tangan takbir, tahlil, dan tahmid

Auuui, kafilah sarung berarak menggebuk panci

Sahur sahur sahur sebelum subuh sebelum pintu dirogoh tangan matahari

Ramadan tamu Allah tamu hamba

Jalan-jalan kampung didatangi anak-anak purnama

Lorong-lorong dijaga lampu pelita yang jelita

Gotong royong warga sebelum muncul mata senja

Menyambut handai taulan dari negeri rantauan

Orang-orang yang masih ada kamus setia di dalam rahasia dada dan rayuan rantau

Melihat kerabat dan kampung halaman

Menengok keluarga di sunyi pekuburan

Dan bedug digebuk bertalu-talu

Seperti menggebuk jantung dosa hamba

Hati berdegup penuh haru Anak-anak menari dan menyeru-nyeru

Ayah…ibu, ananda datang membawa oleh-oleh berkarung-karung dosa

Aku datang ingin mencuci nyawa

Dan mati dalam linangan air matamu yang paling murni

Kampung Salubulung digenangi doa dan rindu

Hutan-hutan merinding sungai-sungai nyanyikan kebahagiaan air

Kafilah Ramadan berarak datang

Kendari, 20 Agustus 2008

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun