[caption id="attachment_363485" align="aligncenter" width="520" caption="Kawah Putih (foto : koleksi pribadi)"][/caption]
Jadi volunteer atau relawan untuk dunia pariwisata Indonesia? Kenapa tidak. Selama ini saya dan juga anda pengguna media sosial secara tak sadar adalah duta wisata tak resmi. Coba cek media sosial seperti Facebook, twitter maupun Instagram saat liburan akhir dan awal tahun, bertebaran gambar destinasi wisata dari berbagai daerah yang dibagikan netizen.
Informasi itu mulai dari destinasi wajib kunjung di sebuah kawasan, referensi penginapan, atau cara menjangkau sejumlah tempat wisata tak biasa hingga spot kuliner yang wajib dicoba di sebuah daerah. Semua infromasi itu dibagikan para netizen secara cuma-cuma.
Bagi Indonesia yang kekayaan alam dan destinasi wisatanya berlimpah, aktivitas di social media seperti itu jelas menguntungkan. Bayangkan saja jika semua turis lokal punya akun social media dan gemar membagikan pengalamannya berwisata di berbagai daerah melalui akun socmed betapa riuhnya perbincangan wisata tiap harinya. Karena faktanya tak ada kata jeda untuk berwisata, meski bukan hari libur sekalipun.
Memang suasana paling ramai wisata adalah  saat hari libur, entah itu libur akhir pekan, liburan sekolah, liburan nasional atau libur hari raya. Banyaknya tanggal merah dalam setahun juga memicu banyaknya perjalanan wisata orang Indonesia, dan ini merupakan sebuah potensi besar Voluntourism.
Voluntourism Perlu Diorganisir
Menjadi volunteer bagi saya bukanlah sesuatu yang asing. Sebelum ini saya terlibat sebagai volunteer dalam kegiatan pendidikan Kelas Inspirasi. Ini merupakan program para volunteer yang peduli pada dunia pendidikan anak-anak usia SD. Program ini diikuti para profesional dari berbagai bidang pekerjaan yang meluangkan waktunya untuk mengajar di sekolah SD dalam sehari.
Kelas Inspirasi sendiri merupakan gagasan Anies Baswedan, jauh sebelum ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan. Kegiatan ini bernaung di bawah payung besar kegiatan Indonesia Mengajar. Maksud kegiatan ini adalah mengajak para profesional yang peduli pada dunia pendidikan anak negeri untuk berbagi (sharing) dengan siswa SD yang umumnya berasal dari kalangan ekonomi menengah bawah. Dalam kegiatan ini para volunteer berbagi pengalaman sesuai latar belakang pendidikan dan pekerjaannya masing-masing.
Sejak digelar tahun 2013, kegiatan ini memberi efek cukup besar bagi anak-anak. Setidaknya ini terlihat dari respon sekolah mengenai kegiatan ini. Dan bagi anak-anak sendiri mereka punya patron yang bisa dicontoh tempat mereka menggantungkan cita-cita dan harapan.
Kembali ke Voluntourism. Mengacu pada apa yang dilakukan Indonesia Mengajar, menurut saya tak ada salahnya jika ada aksi sejenis untuk dunia pariwisata. Membangkitkan para wisatawan untuk saling berbagi informasi dan keindahan alam Nusantara. Tidak hanya dibagikan pada teman-teman warga Indonesia sendiri, namun juga bagi orang seluruh dunia.
Melalui social media, keterjangkauan tidak akan menjadi masalah. Sekali publish akan menjangkau semua sudut dunia. Tinggal bagaimana mengorganisirnya menjadi sebuah kegiatan bersama yang berkesinambungan.