Mohon tunggu...
Syaifuddin Sayuti
Syaifuddin Sayuti Mohon Tunggu... Dosen - blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

email : udin.sayuti@gmail.com twitter : @syaifuddin1969 IG: @syaifuddin1969 dan @liburandihotel FB: https://www.facebook.com/?q=#/udinsayuti69 Personal blog : http://syaifuddin.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berlebaran Tanpa Bapak

9 Agustus 2013   14:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:29 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran yang berbeda. Sejak menikah tahun 1996 silam, tiap tahun jadi momen spesial saat Lebaran tiba. Mulai dari adanya anggota keluarga baru, istri, anak, adik ipar hingga ponakan. Kegembiraan adalah tema tiap Lebaran di keluarga besar kami. Celotehan anak-anak, rebutan mainan, antrian angpao, hingga suasana sungkem dengan orang tua selalu jadi saat yang menyenangkan.

Namun tahun ini tampaknya Lebaran akan memiliki makna baru bagi kami sekeluarga. Jika biasanya ada penambahan anggota keluarga baru, kali ini justru sebaliknya. Sepuluh hari sebelum Lebaran Bapak pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan ibu, 3 anak, 3 menantu dan 7 cucunya.

Sedih itu pasti. Ada rasa yang tak mudah diceritakan. Kehilangan sosok orang tua ternyata memberi dampak yang dahsyat. Tiba-tiba ada kekosongan di hati. Kehilangan bukan sekedar fisiknya. Bayangkan saja seorang yang selalu ada dalam setiap momen hidup kita sejak kecil hingga kita dewasa dan memberikan cucu, kini tak ada lagi.

Saat malam takbiran adalah saat yang berat, karena tiap mendengar gema takbir dari pengeras suara mesjid, saya seperti mendengar suara bapak di situ. Karena hingga akhir hayatnya Bapak aktif di kegiatan mesjid komplek tempatnya tinggal, saya menganggap bapak seolah masih aktif menyiapkan sholat Iedul Fitri di sana.

Suasana Lebaran pun berbeda. Saat sungkem saling bermaafan, kursi sebelah ibu yang puluhan tahun diduduki bapak kini kosong. Kami semua larut dalam kesedihan dan kepedihan yang sama, karena menyadari Bapak tak lagi bersama kami di momen Lebaran tahun ini.

Yang paling terpukul dengan kepergian Bapak pastinya Ibu yang telah mendampingi lebih dari 40 tahun. Kepergian Bapak yang tergolong mendadak membuat kenangan terhadap Bapak tak mudah sirna dari ingatan.

Kami sudah ikhlas dengan kepergian Bapak karena memang sudah takdir dari Allah SWT. Bagi kami kepergian Bapak adalah jalan terbaik, lebih baik daripada melihat Bapak kesakitan atau menderita akibat stroke.

Minal aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir batin. Buat siapapun yang pernah mengenal sosok Bapak saya, mohon dengan segala kerendahan hati sudi memaafkan kesalahan yang pernah diperbuat Bapak semasa hidup, baik sengaja maupun tidak disengaja. (@syai_fuddin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun