Malam pergantian tahun 2010 saya lalui dengan keprihatinan mendalam. Sejak kamis sore saya didera cegukan. Tidak cuma sebentar, tapi berlangsung dalam rentang lebih dari 30 jam. Kok bisa?
Sayapun tak habis pikir kok bisa cegukan berlangsung begitu rupa. Bukan saja mengganggu kenyamanan tapi juga menyita perhatian orang lain. Banyak saran, tips dan anjuranpun mampir kepada saya. Beberapa yang masuk akal pun saya ikuti, sementara yang tidak, hanya saya terima dengan senyuman kecut.
Biasanya jika cegukan saya punya senjata pamungkas dengan meminum air putih tanpa bernafas. Jika tak manjur juga saya ganti air putih dingin dengan yang hangat. Bila tak jua mempan, the hangat biasanya cukup manjur. Tapi ternyata semua itu kali ini tak mempan.
Selain saran keluarga, seperti biasa saya mengandalkan mbah google dan twitter untuk mencari solusi ini. Ada yang menyarankan memakan gula pasir, mengikat ibu jari kaki dengan karet, memijat syaraf kepala dan banyak lagi.
Cegukan yang merupakan gangguan fisik di tenggorokan dan mulut ini baru agak mereda tengah malam, usai petasan dan kembang api menyala di sekitar rumah ibu, tempat saya dan keluarga menghabiskan malam tahun baru. 30 jam dengan cegukan memang peristiwa yang menegangkan sekaligus rahmat, karena cegukan memaksa saya tak berjalan-jalan ke luar rumah. Artinya, waktu berkumpul dengan keluarga pun lebih banyak. Sebuah saat yang mahal akhir-akhir ini.
Happy new year kawan2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H