Mohon tunggu...
Syaifiyatul H
Syaifiyatul H Mohon Tunggu... Dosen - Anak Desa untuk Bangsa

Si bungsu yang selalu ingin tahu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kontroversi pencegatan Swab antigen di Jembatan Suramadu Jawa Timur

21 Juni 2021   17:41 Diperbarui: 21 Juni 2021   21:16 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Adanya kasus terkonfirmasi positif covid-19 dan meninggal dunia sebanyak 9 orang akibat varian baru pada tanggal 5 Juni 2021, Pemerintah Kota Surabaya bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangkalan mengadakan Pencegatan Jembatan Suramadu pada hari minggu tanggal 6 Juni 2021 dengan cara mencegah pengendara roda 2 atau pengendara roda 4 atau bahkan penumpang yang akan melalui Jembatan Suramadu menuju Surabaya. Selain itu, blokade Pelabuhan Kamal Bangkalan juga dilakukan dengan menghentikan aktifitas kapal Ferry dan penutupan pintu gerbang area Pelabuhan Kamal, meskipun tidak sedikit banyak kendaraan yang tetap mengarahkan kendaraannya menuju Pelabuhan Kamal untuk tetap lolos dari cegatan dan tetap menuju Kota Surabaya melalui Kapal kecil (kapal nelayan) dengan cara membayar 40-80 ribu sekali berangkat.

Pencegatan pengendara dan penumpang di Jembatan Suramadu mendapat kritik dari beberapa kalangan yang intinya adalah dapat membahayakan jembatan jika terjadi penumpukan kendaraan di atas Jembatan. Selain itu, pemadatan jumlah orang yang akan dilakukan swab antigen sangat minim mengikuti protokol kesehatan. Hal ini, dapat memicu resiko transmisi penularan covid-19 dari orang yang terkonfirmasi positif covid-19 atau orang tanpa gejala (OTG). Informasi pencegatan untuk Swab-antigen dianggap mendadak oleh mayoritas penyeberang Jembatan Suramadu tanpa persiapan yang matang dan tidak memberi solusi yang baik. Oleh sebab itu, mayoritas mengkritik kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah terkait yang terlibat dari pencegatan Swab-antigen di Jembatan Suramadu. Selain memadati dan membuat macet sepanjang arah Jembatan Suramadu arah ke Surabaya, resiko penularan karena kondisi pencegatan, dan solusi bagi OTG diarahkan untuk balik pulang untuk isolasi mandiri atau bahkan disiapkan kendaraan Ambulance untuk dilarikan ke beberapa RS di Surabaya jika keadaan dipandang darurat. Serta penempelan sticker di Kendaraannya orang yang dapat menyerahkan surat keterangan bebas Swab Antigen dengan keterangan "negatif" dari Puskesmas atau RS sebelum keberangkatannya dengan durasi waktu yang sudah ditentukan. Namun, prosedur tersebut tetap dirasa tidak efektif dan jalanan tetap padat dan macet panjang.

Di lain hal, kebanyakan Masyarakat yang akan menyeberang tidak dapat menunjukkan surat bebas covid-19 dibandingkan orang yang sudah siap perjalanan dengan hasil test Swab-antigennya negatif. Fenomena ini, menyebabkan pemberlakuan pencegatan swab antigen yang semula di kaki Jembatan Suramadu beralih pindah ke Kota Kabupaten Bangkalan. Meskipun lokasi pencegatan pindah, namun tetap menimbulkan kekhawatiran publik diantaranya rawan munculnya surat bebas covid-19 palsu, oknum yang memanfaatkan pemalsuan surat bebas covid-19, rendahnya tingkat tracing pada pasien covid-19 khususnya pada pasien OTG, rendahnya tingkat kepercayaan Masyarakat pada Pemerintah, dan tingginya isu intimidasi terhadap ras Madura di kalangan Masyarakat Kota Surabaya sendiri.  

Sejatinya, dengan pengetahuan dasar tentang apa itu virus corona atau yang biasa kita sebut dengan corona virus disease-19 (COVID-19), akibat infeksi covid-19 hingga terjadi integrasi materi genetik covid-19 terhadap materi genetik manusia atau bahkan hewan, dan kemudian aktifitas fisiologis yang diakibatkan sejak masa inkubasi hingga pasca inkubasi infeksi covid-19 utamanya di saluran pernafasan, serta cara prevensi dan deteksinya, serta pengobatan dan terapinya bagi yang tampak sakit atau bahkan tidak tampak sakit. Barulah kemudian, kita berasumsi dan berpendapat bahwa covid-19 itu begini dan begitu tanpa meraciknya dengan bumbu perpolitikan yang terjadi di negeri tercinta ini. 

Virus corona merupakan salah satu contoh dari meta-organisme yang dapat memperbanyak diri dengan cara parasit pada sel inang atau sel host-nya berupa droplet atau bahkan langsung masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melalui saluran pernafasan, yakni hidup atau bahkan menempel melalui tangan dan kemudian memegang ke bagian wajah seperti mulut, dll. Akibatnya, terjadi multiplikasi dengan durasi yang sangat cepat di dalam saluran pernafasan, sehingga berakibat terjadi penyumbatan aktifitas difusi sel darah dalam mensuplai oksigen ke dalam tubuh dan pernafasan tampak tersenggal-senggal, sehingga memerlukan bantuan tabung oksigen dalam penanganannya. Penanganan covid-19 akan menjadi lebih lambat jika Masyarakat tidak pandai dalam memahami fenomena covid-19 hingga bahaya yang ditimbulkan akibat tingkat keganasan varian covid-19 yang sudah mengalami mutasi genetik. Mutasi genetik pada covid-19 itu alamiah terjadi sama seperti mutasi genetik pada spesies lainnya. Sehingga, kita patut mengetahui perihal tersebut. 

Pemerintah juga dapat membaca fenomena lapang bahwa metode test Swab-antigen cenderung menakut-nakuti Masyarakat umum yakni dengan memasukkan alat ke saluran hidung dan dapat menimbulkan rasa perih campur sakit, meskipun cuma sebentar dalam pengambilan sampelnya. Namun dapat dibayangkan pada seseorang yang harus diambil sampelnya dari saluran hidung hampir tiap hari karena lokasi kerjanya di daerah Surabaya. Jika Pemerintah menggunakan alat GeNose yang juga merupakan produk dalam negeri dapat mencapai sensitifitas dan spesifitasnya mencapai 90% dalam deteksi covid-19 pada seseorang, maka test dengan alat GeNose dipandang lebih efektif dan metodenya lebih sederhana yakni hanya dengan meniup kantong plastik tanpa menyakiti saluran hidung, hasilnya langsung diketahui. Hal ini, dapat memicu meringankan beban Pemerintah dalam deteksi OTG dan test covid-19 mudah, murah dan aman. Meskipun, teknologi GeNose ini juga masih dalam tahap pengembangan ke depannya, namun sudah cukup dianggap bermanfaat untuk membantu meringankan kekhawatiran Masyarakat pada musim Pandemi seperti sekarang ini.  

Terakhir, pemberantasan penularan covid-19 tetap menjadi tugas bersama "Masyarakat dan Pemerintah" yakni dengan selalu saling mengingatkan dan menjalankan Protokol Kesehatan 3M (mencucui tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) dan Pemerintah tetap konsisten menjalankan peraturan yang baik untuk melindungi Masyarakat Indonesia tanpa ada unsur lain apalagi ada unsur kepentingan pribadi atau golongan. Sehingga kepercayaan Masyarakat terbangun dengan baik dan Indonesia sehat, Indonesia maju menjadi terwujud.         

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun