Salatiga, sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NTF) merupakan sistem budidaya tanaman tanpa tanah yang telah dikembangkan sejak tahun 1960 dan berkembang secara komersial pada tahun 1970.  A.J. Cooper merupakan penemu dan juga pelopor sistem tersebut. Dengan melarutkan unsur hara dalam air yang kemudian dialirkan melalui instalasi hidroponik (pipa paralon atau talang dengan lapisan nutrisi dengan ketebalan arus antara 4-5mm). Lapisan nutrisi yang dangkal dan bersirkulasi dibuat  agar tanaman dapat memperoleh air yang cukup, nutrisi dan oksigen (Setyoaji et al., 2017).
Pada sistem hidroponik NFT ini, larutan nutrisi dipompakan kedalam growing tray yang akan mengalir melewati akar tanaman. Selanjutnya, akar tanaman akan kembali ke dalam bak penampungan. Tanaman yang tumbuh  pada talang hidroponik dengan akar tanaman terendam dalam air berisi larutan nutrisi lalu disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa tanpa membutuhkan timer sebagai pengontrol pompa air.
Dalam membudidayakan hidroponik terutama sistem NFT ini, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan bobot tanaman yaitu Electric Conductivity (EC), bentuk dalang, jarak tanam dan media yang digunakan. Selain itu, terdapat juga faktor kemiringan talang yang menjadi faktor penting untuk meningkatkan bobot tanaman. Hal ini dikarenakan kemiringan talang dapat mempengaruhi oksigen terlarut pada aliran nutrisi di dalam talang budidaya. Semakin meningkatnya kemiringan talang maka kecepatan aliran nutrisi akan meningkat dan akan menimbulkan riakan air disekitar area perakaran. Riakan air akan meningkatkan oksigen terlarut didalam aliran nutrisi. Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan Dissolved Oxygen (DO meter).
Dari pengujian yang telah lakukan dengan menggunakan talang dengan kemiringan 6, 9 dan 12% pada kedua varietas pakcoy green dan white. Didapatkan hasil pengukuran oksigen terlarut pada pakcoy varietas green dengan kemiringan 6% (7,52 mg/L), 9% (7,78 mg/L) dan 12% (8,08 mg/L). Hasil pengukuran oksigen terlarut pada pakcoy varietas white dengan kemiringan 6% (7,58 mg/L), 9% (7,78 mg/L) dan 12% (8,05 mg/L). Dari pengukuran ini diketahui kemiringan 12% memberikan hasil oksigen terlarut paling tinggi diantara dua kemiringan yang lain. Oksigen terlarut sendiri dalam pertumbuhan tanaman berfungsi untuk proses respirasi aerob didaerah sekitar perakaran, proses ini akan menghasilkan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman budidaya.
Respirasi aerob ada empat tahapan glikolisis (hasil 2 asam piruvat, 2 NADH, 2 ATP), dekarboksilasi oksidatif (hasil 2 asetil Co-A, 2 Co2, 2 NADH), siklus krebs (hasil 4 Co2, 6 NADH 2 FADH2, 2 ATP), transport elektron (hasil 34 ATP, 6 H2O), Â dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 38ATP, proses ini erat kaitanya dengan pembakaran bahan bakar (karbohidrat) berupa makanan menjadi energi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Dari hasil perlakuan kemiringan talang untuk tanaman green pakcoy didapatkan bobot rata-rata tanaman pakcoy var. green pada ketiga kemiringan talang sebagai berikut. Pada kemiringan 6% didapatkan bobot rata-rata 126 gr, pada kemiringan 9% didapatkan bobot rata-rata 139,4 gr, dan pada kemiringan 12% didapatkan bobot rata-rata 161,4 gr. Pada tanaman pakcoy varietas white pada ketiga kemiringan talang sebagai berikut. Pada kemiringan 6% didapatkan bobot rata-rata 120,9 gr, pada kemiringan 9% didapatkan bobot rata-rata146,5 gr, dan pada kemiringan 12% didapatkan bobot rata-rata 147,8 gr.