Mohon tunggu...
Syahrvina
Syahrvina Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya suka menyanyi dan menari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Reproduksi Manusia dalam Perspektif Islam: Pandangan Maurice Bucaille

19 November 2023   10:04 Diperbarui: 19 November 2023   10:05 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air   mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu lalu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik."

     Berdasarkan keterangan ayat tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa proses awal kejadian manusia itu berasal dari saripati makanan manusia, kemudian saripati itu dibentuk oleh Allah SWT menjadi air mani yang berfungsi sebagai benih yang ada pada seorang laki-laki.

A. Hakikat Manusia Sebagai Ciptaan Allah SWT. Dalam Perspektif Islam

       Kodrat manusia sebagai makhluk  mulia ciptaan Tuhan memberinya kedudukan dan makna sebagai Sang Pencipta sebagai penentu dan makhluk sebagai pihak penentu. Manusia tidak berperan dalam proses dan hasil penciptaannya. Dalam proses penciptaan, manusia bersifat pasif dan hanya Allah SWT yang bertindak aktif terhadap kebutuhan tersebut.
       Hakikat fitrah manusia selanjutnya adalah  manusia dilahirkan sebagai bayi tak berdaya yang sangat bergantung pada orang lain, terutama  orang tuanya. Tidak ada seorang pun yang dilahirkan sebagai orang dewasa secara fisik atau mental sendirian dan bebas dari ketergantungan orang lain.
     Karena ketidakberdayaan mereka yang dilahirkan dan dibesarkan dalam kasih sayang ayah dan ibu mereka, Allah SWT mengingatkan  semua orang untuk tidak mengikuti mereka. 

B. Proses Reproduksi Manusia Dalam Perpektif Islam

       Untuk mengenal lebih jauh tentang sperma, manusia bisa mengkaji dengan tepat bagaimana Allah SWT mengolah makanan menjadi zat bernama sperma yang juga berperan dalam  membuahi sel telur ibu. Dalam konteks ini Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya:

"Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)."

         Ayat kitab ini menunjukkan bahwa air mani yang terbuat dari ekstrak tumbuhan yang  dimakan manusia memiliki kemampuan untuk membuahi benih wanita. Air mani kemudian disimpan di  tempat yang sangat stabil -- rahim wanita.

       Kalau bicara pembuahan pada wanita, bukan berarti terjadi begitu saja, melainkan melalui proses yang namanya pernikahan.
 Pernikahan ini menuangkan benih  laki-laki  ke dalam rahim perempuan.
       Manusia merupakan salah satu dari berbagai makhluk Allah SWT yang telah menjabat sebagai Khalifah di muka bumi selama ribuan abad. Dalam konteks ini, manusia pertama yang diciptakan adalah Nabi Adam AS,  bapak seluruh umat manusia. Allah SWT menjelaskan kepada para malaikat bahwa Dia menciptakan manusia dari tanah liat.

        Manusia bisa merenungkan bagaimana dirinya diciptakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, tidak patut jika manusia keras kepala dan tidak menaati perintah  agama yang diwahyukan Nabi Muhammad SAW. Sebagai pembawa pesan bagi seluruh umat manusia.
Faktanya, tulisan-tulisan Al-Qur'an mengenai hal ini mengacu pada gambaran manusia tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada wujud manusia selama berabad-abad.
      Morfologi ini dikendalikan oleh kode genetik yang tercipta dari kombinasi kromosom sel reproduksi ayah dan ibu. Oleh karena itu, pewarisan genetik memberikan kemungkinan terjadinya perubahan morfologi, pertama pada janin dan kemudian pada janin, dibandingkan dengan morfologi ayah atau ibu.

       Agar dapat menangkap makna penting berikut (khususnya berkenaan dengan perbandingan antara pernyataan yang terkandung di dalam kitab-kitab suci dan data sains), harus diingat bahwa kitab tersebut diturunkan kepada manusia pada abad ke tujuh masehi. Karya manusia apapun pada masa itu cenderung mengeluarkan pernyataan yang tidak akurat. Sains belum berkembang, sehingga pemaparan apapun mengenai reproduksi manusia penuh dengan anggapan yang berasal dari mitos dan takhayul. Sebab, untuk memahami mekanisme kompleks yang terlibat dalam proses ini, manusia harus memiliki pengetahuan tentang anatomi, menggunakan mikroskop, dan menciptakan ilmu-ilmu dasar mesti untuk membuka jalan bagi fisiologi, embriologi, dan ilmu kebidanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun