Mohon tunggu...
syahrunnizam
syahrunnizam Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah dan perkembangan radikalisme di Indonesia

1 Desember 2024   20:47 Diperbarui: 1 Desember 2024   21:25 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah radikalisme di Indonesia

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Radikalisme adalah sikap yang menginginkan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan membalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis melalui kekerasan dan aksi-aksi yang ekstrim. Ada berbagai ciri yang dapat dikenali dari sikap dan paham radikal, yaitu:

1. intoleran (tidak mau menghargai pendapat & keyakinan orang lain)

2. fanatik (selalu merasa benar sendiri, dan menganggap orang lain salah)

3. eksklusif (membedakan diri dari umat Islam umumnya)

4. revolusioner (yang cenderung memakai cara-cara kekerasan untuk mencapai suatu tujuan)

Radikalisme agama Islam di Indonesia mulai terendus pada pasca kemerdekaan hingga pasca reformasi, sejak Kartosuwirjo memimpin operasi pada tahun 1950-an di bawah bendera Darul Islam (DI), sebuah gerakan politik yang mengatasnamakan agama sebagai justifikasi agama dalam tindakannya. Gerakan ini sempat digagalkan dan baru muncul kembali pada masa pemerintahan Soeharto.

Gerakan Islam radikal di Indonesia 

radikal merupakan istilah yang sudah jarang di gunakan, khususnya didunia international pada tahun 2014, resolusi 2178 yang di sahkan oleh PBB terkait pencegahan penyebaran terorisme yang isinya tidak menyebut istilah paham radikal teroris maupun radikalisme tetapi dengan istilah baru yaitu Countering incitement dan Violent Extremism, tindakannya disebut Countering Violent Extremism.

perkembangan paham radikal di Indonesia
Terdapat 3 faktor yang mendorong munculnya paham radikal di Indonesia Faktor pertama perkembangan di tingkat global. Situasi yang kacau di negara Timur Tengah dipandang oleh klompok radikal sebagai dampak dari ulah Israel, Amerika beserta sekutunya. Faktor kedua ialah masuknya paham wahabisme yang mengedepankan budaya Islam Arab yang kontroversial ke Indonesia. Faktor ketiga ialah kemiskinan, khususnya masyarakat yang merasa tersampingkan yang berpotensi terjebak pada paham radikal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun