Hari ini lagi-lagi saya mendapati diri dalam keadaan gagal perihal membangun masa depan, katakanlah yang cerah. Kegagalan ini dirangkum dalam dua jam fafifuwasweswos yang terkesan penuh makna. Tapi dewasa ini, agaknya bagaimana saya menyikapi kegagalan banyak berubah, tidak semelodramatis dulu dan melebih-lebihkan apa-apa yang ada--- walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa namanya  kegagalan ya  tetap kegagalan, selalu ada perasaan kecewa---mungkin hal demikian disebabkan oleh pengalaman dan pemahan saya yang bertambah, semoga.
Ketika kegagalan yang entah keberapa ribu dan juta kalinya ini sedikit menyengat saya. saya jadi teringat  istilah dalam Bahasa Jerman: Sehnsucht, yakni kerinduan yang menyakitkan akan sesuatu yang dalam proses pencapaiannya tampak tanpa harapan, bisa juga tidak pasti serta jauh. Sehnsucht, atau kerinduan akan sesuatu ini lebih condong mengacu pada pengejaran kita akan keadaan ideal kebahagiaan dan makna, cara kita berjuang untuk keinginan yang tidak dapat diwujudkan serta pemenuhan terhadap kehidupan yang tidak lengkap dan tidak sempurna.
Atau kisah Sysyphus yang mendapat hukuman dari dewa Zeus, yakni keadaan absurd yang menimpanya. Â Walaupun bukan gaya filsafat yang membahas sesuatu secara singkat, tapi persetan toh saya bukan seorang filsuf. Dan sejauh pemahaman saya singkatnya, adalah seperti Sysyphus: manusia selalu berada dalam suatu kondisi di mana kita yang selalu ingin dan kenyataan yang tidak mungkin 'absurditas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H