Mohon tunggu...
Syahrul Nur Anwar
Syahrul Nur Anwar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Medioker

Setelah merobek rahim, inginnya sih ngerobek dunia

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perihal Perencanaan

14 April 2023   07:00 Diperbarui: 14 April 2023   07:06 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ketika kelas masih daring, di suatu zoom meet pada perkuliahan pertemuan kedua. Ibu Dosen--- sedikit berperasaan dan kurang adil jika saya memanggilnya Ibu karna dari apa yang diperlihatkan air muka dan suaranya tidak demikian---melontarkan pertanyaan pada semua mahasiswa yang mengikuti kelasnya mengenai "Apa itu perencanaan dalam organisasi?" Ia melanjutkan dengan mengoreksi pertanyaannya "Apa itu perencanaan? " Setiap mahasiswa diberi sedikit waktu untuk memaknai hal itu. Dalam kebisingan satu per satu nama mahasiswa disebutkan sesuai daftar hadir. saya termenung sejenak, membuka kembali kenangan jejak-jejak penyesalan yang banyak menimbulkan rasa bersalah yang mana hal itu tak lain dikumpulkan oleh sesuatu yang disebut sebagai perencanaan, pikir saya kala itu. Saya tidak menghiraukan sudah nama siapa saja yang dipanggil karna saya tau akan menjadi orang kedua terakhir ketika dipanggil, sesuai dengan abjad huruf awalan nama pertama A-Z. Saya membuka gawai, kata perencanaan saya tulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) "perencanaan ialah proses, perbuatan merencanakan."  Saya meneruskan pencarian dengan membuka tutup laman pencarian mencari-cari perihal makna perencanaan.

Setelah menimbang-nimbang, saya akhirnya membuat kesimpulan mengartikan perencanaan sebagai kegiatan menyusun keinginan. Tapi entah kenapa saya merasa kurang puas dengan jawaban yang saya dapatkan. Dalam keheningan ketidakpuasan, secara tetiba nama saya mulai dipanggil , saya terperenjat mematikan kamera dan menyalakan rokok, terdengar nyaring suara seruan masih keluar dari mulut speaker , tapi saya sengaja tidak menjawabnya, entahlah saya selalu gemetar dan gelagapan jika harus mengeluarkan suara di depan banyak orang. Adzan dzuhur kemudian berkumandang selang beberapa menit perkuliahan ditutup. 

Beberapa menit setelahnya saya mengirimkan pesan kepada beliau untuk meminta maaf dan membuat alasan bohong dengan mengatakan "Maaf bu, koneksi saya terputus karna sinyal jelek,akan tetapi perihal pertanyaan tadi, sudah saya siapkan jawabannya" Tanpa bertanya lebih lanjut dan seakan memaklumi, beliau membalas menerima alasan permintaan maaf saya dan karna perkuliahan telah selesai ia meminta untuk langsung menuliskan jawaban lewat pesan berbalas.

Tanpa pikir panjang saya mulai mengetik:

"Perencanaan seringkali diartikan sebagai tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan. Dewasa ini saya lebih suka dan sering hidup tanpa rencana, seperti kalimat demotivasi yang baru saya baca 'hiduplah tanpa arah dan tujuan agar tidak tersesat.' dan lebih lagi saya memiliki keyakinan bahwa perencanaan yang seratus persen akurat/berhasil hanya ada di film-film, contoh pada film bergenre heist atau bertema spy yang jika gagal selalu ada rencana B yang tak disangka-sangka terjadi atau bisa dengan gampang menjadikan pristiwa gamang menjadi peluang.

Di era, di mana semangat motivasional yang dibawa oleh para motivator kian menjamur. Mereka membawa merek, orang harus memiliki 'rencana' yang menggunung: Di umur segini harus sudah mencapai ini, jika sudah begini maka harus begitu. Ketika hal demikian dianggap sebagai seorang yang dinamis atau lebih optimistis dipandang ,mungkin, sebagai pemegang kesuksesan. 

Saya jadi terpikir jika semua hal harus direncanakan sebegitu, katakanlah, matangnya. Tidak-kah betapa menderitanya kita? Kita menyusun sedemikian apik dan ambisiusnya keinginan, tapi kita lupa bahwa ada hal-hal yang imanen sekaligus transenden; kita lupa bahwa hidup ini absurd 'Manusia yang ingin dan kenyataan yang tidak mungkin' kita secara sadar dan tak sadar selalu diombang ambing di tengah lautan keinginan yang tak memiliki tujuan akhir 'Keinginan adalah akar dari segala penderitaan' Kata Abah Schopenhauer. 

Bukankah alangkah harmoni dan nrimo ing pandum-nya hidup tatkala sebuah rencana mengalir sebagaimana adanya. Seperti apa yang diingatkan oleh romawi antik "Carpe diem. "

Tertanda centang dua biru, pesan sudah dibaca. Beliau membalas menyukai jawaban saya. Mungkin lebih tepatnya menyukai bahwa saya mengutip filsuf kesukaannya yaitu Arthur Schopenhauer. Kami mulai melanjutkan percakapan, beliau banyak bercerita perihal kehidupan pribadinya dan mengatakan bahwa saya tidak harus selalu bersikap formal ketika membalas pesan apa-apa yang sedang didiskusikan. Saya makin menyukai hal itu dan hal ini diluar dari perencanaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun