Rasa rendah diri atau minder atau low self-esteem, adalah perasaan bahwa seseorang lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal. Hal tersebut dapat muncul entah karena diri sendiri, atau yang disebabkan oleh orang lain. Sebenarnya ada berbagai faktor penyebab minder.Â
Namun penulis tidak akan membahas hal tersebut di sini. Mungkin salah satu faktor yang ingin penulis bahas adalah mengapa ketika seseorang dibanding-bandingkan dapat membuat dia minder, benar atau tidak?
Representasi penulis dalam tulisan ini, mengacu pada analisa logika terhadap sumber-sumber yang bertebaran di berbagai situs, media sosial, dan kehidupan nyata. Setuju ataupun tidaknya pembaca terhadap tulisan ini merupakan hak perseorang yang tidak dapat penulis ganggu gugat. baik, kembali ke topik pembahasan.Â
Dalam fase kehidupan kita akan terus bertumbuh, kita akan banyak mengenal kehidupan yang sesungguhnya. Di mana, cita-cita bukan hanya sebatas ucapan tanpa tindakan dan bukan hanya sebatas pajangan abstrak yang saat ditanya ingin jadi apa. Kita akan banyak mengenal sesuatu yang kita anggap baru, entah teman, barang, atau bahkan pengalaman.Â
Dalam konsepsi hidup, doa dan ikhtiar merupakan tonggak penting untuk menggapai apa yang kita inginkan. Jika salah satu saja yang menjadi prioritas, itu kembali ke diri masing-masing. Yang jelas, kita akan terus dituntut belajar untuk tahu apa yang semestinya kita lakukan.Â
Pada suatu saat, kita akan banyak di suguhi masukan-masukan yang dapat memberikan kita tiga kemungkinan, antara bangkit, jatuh, atau bodo amat. Hal-hal semacam itu pernah kita rasakan, bahkan sejak kecil mula. Hal-hal sederhana yang mungkin tidak sesuai ekspektasi orang secara spontan diberikan bandingan, dengan dasar tuntutan kita harus sama seperti orang yang dijadikan pembanding.Â
Oke, tiga kemungkinan yang akan muncul dalam diri kita saat dibandingkan. Pertama, ia akan bangkit, Di mana yang dibandingkan akan merasa tergerak dan termotivasi atas bandingan yang ia terima. Entah bandingan itu berupa sindiran, kritik, ataupun masukan yang ia klaim sebagai momentum supaya ia bisa lebih baik lagi.Â
Kedua, ia akan jatuh. Maksudnya bandingan yang ia terima merupakan sebuah tamparan bahwa ia tidak lebih baik dari orang lain. Hal itu mengakibatkan seseorang tergoyah mentalnya, entah diluapkan dalam bentuk sedih, marah, kecewa, dan lain-lain. Biasanya perasaan tidak terima dibandingkan, datang dari orang-orang terdekat, misalnya orang tua, saudara, sahabat, dan teman. Ketiga, bodo amat. Respon yang ketiga ini merupakan tindakan yang bisa dijadikan opsi terbaik saat kita menerima bandingan dari siapapun.Â
Dalam bodo amat ini ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan seseorang. Misalnya yang pertama, ia akan bodo amat terhadap orang yang membandingkan dia dengan orang lain, namun ia akan respect dan mengambil pelajaran dari orang yang jadi bandingannya.Â
Jadi, ia cenderung bodo amat terhadap ucapan bandingan dari orang yang membandingkannya, tetapi ia lebih memerhatikan orang yang menjadi bandingannya. Hehe gimana, sampai sini paham? Lanjut kedua, ia akan bodo amat terhadap dua subjek sekaligus baik terhadap orang yang membandingkannya atau orang yang menjadi pembanding dirinya. Poin kedua ini gak perlu disimpulin sih, pastinya kalian auto paham, hehe.Â