Mohon tunggu...
Syahrul Efendi D
Syahrul Efendi D Mohon Tunggu... -

Pecinta fotografi dan seni suara

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Ali Jaka (30)

16 Mei 2014   01:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:29 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Malam itu juga, ditemani oleh Ali Jaka dan Joyo, Prof. Jonky menemui Presiden di rumah pribadinya. Tidak perlu menyita banyak waktu, Prof. Jonky dengan mudah dapat meyakinkan Presiden untuk menyetujui kerangka acuan penyusunan DREN. Pada pokoknya, DREN dimandatkan oleh Presiden untuk merancang dan mengatur reformasi struktur ekonomi nasional supaya dapat menuju keseimbangan, keteraturan dan keadilan dalam struktur ekonomi nasional. Tidak ada lagi izin ruang bercokolnya sistem konglomerasi. Begitu pun, tidak serta merta hak kepemilikan pribadi dihilangkan dari kebijakan DREN. Besaran kepemilikan usaha diatur secara adil, penuh tanggung jawab, dan dibatasi secara tegas. Undang-undang dan peraturan yang sebelumnya yang bertentangan dengan misi DREN, dibatalkan dan diselaraskan dengan keadaan yang baru.

Selagi media menyoroti data jiwa dan kerugian materil yang ditimbulkan oleh kerusuhan di Menara Pigland dengan segala akibat hukumnya, tiba-tiba Prof. Jonky dihubungi oleh seorang yang mengaku staf Presiden. Staf Presiden itu menyampaikan undangan dari bosnya kepada Prof. Jonky. Rupanya Prof. Jonky diminta untuk menjadi tim yang menyusun Dewan Reformasi Ekonomi Nasional (DREN) sebagai jawaban atas tuntutan perombakan ekonomi dari mahasiswa dan rakyat. Tentu saja Prof. Jonky dengan senang hati menerima permintaan itu.

Produksi dan kegiatan ekonomi tetap berjalan seperti biasanya, sebab hanya restrukturisasi kepemilikan yang diperbaharui. Bagi pengusaha yang menolak kebijakan, tidak ada ampun, memilih ikut aturan baru atau minggat dari Indonesia.

Akhirnya anggota DREN pun tersusun dan dilantik oleh Presiden. Termasuklah di dalamnya Prof. Jonky yang diminta secara khusus oleh Presiden sendiri.

Siang malam DREN bekerja mewujudkan aspirasi lama rakyat tersebut. Prof. Jonky sadar betul, momentum harus digunakan semaksimal mungkin. Selagi rakyat bersemangat mengawasi dan mendorong kinerja DREN, maka DREN harus menjawabnya secara maksimal.

Belum sebulan berjalan, DREN telah berhasil menggeser dominasi keluarga-keluarga konglomerat besar dari berbagai perusahaan strategis. Saham mereka dibeli oleh pemerintah dengan harga yang murah dan adil menurut rakyat pada umumnya sehingga tersisa rata-rata dua puluh persen saham bagi keluarga-keluarga baron itu. Tentu itu sudah baik, dari pada diusir oleh rakyat.

Kebanyakan pengusaha berdamai dengan situasi. Sebab, dari pada dipaksa rebut oleh rakyat yang sudah lama jengkel, lebih baik berbagi saham. Sebagian ada yang marah, tapi marah bagaimana? Rakyatlah yang memaksa Presiden mengambil kebijakan tersebut. Presiden pada akhirnya lebih memilih untuk populer di hadapan rakyat ketimbang di hadapan keluarga-keluarga konglomerat.

Rakyat gembira dengan respon cepat yang dilakukan oleh Presiden. Sekali pun begitu, mahasiswa tetap menekan DREN dan pemerintah untuk mempercepat restrukturisasi ekonomi nasional tersebut. Ali Jaka terus menjaga koordinasi dengan Prof. Jonky, designer di balik DREN tersebut. Pengusaha-pengusaha yang membangkang untuk menjual sahamnya, diumumkan oleh Ali Jaka di tengah-tengah massa demonstran. Selain itu, gambar dan data pribadi pengusaha-pengusaha bandel disebarkan di tembok-tembok kota sehingga dapat menekan secara psikologis. Gerakan mahasiswa sudah terbukti keampuhannya di muka sejarah, tidak ada bandingnya dalam gerakan tekanan politik dan sosial. Sudah banyak rezim yang tumbang oleh tekanan mahasiswa, dan senjata itu disadari dan dikuasai oleh Ali Jaka, Joyo dan Bolkas Batubara. Mereka menggunakannya dengan efektif dan efesien. Mereka menyatukan diri dengan gerakan Kong Jawir. Setiap kali ada taktik untuk menseparasi gerakan mahasiswa yang dipimpin oleh Joyo dan Ali Jaka dengan gerakan rakyat yang simbolnya ada pada Kong Jawir, Ali Jaka dengan tanggap mengcounter taktik tersebut dengan taktik membuat gerakan mahasiswa berada di dalam dan di belakang gerakan Kong Jawir. Kong Jawir dan gerakannya dengan demikian tetap kuat dan bertenaga. Aparat hukum pun tidak bisa dengan sewenang-wenang menggaruk gerakan protes Kong Jawir.

Ali Jaka dan kawan-kawannya paham, sekali Kong Jawir dan gerakannya dipatahkan oleh Polisi, maka keberanian rakyat untuk bergerak dapat menciut. Itu jelas tidak diinginkan oleh Ali Jaka maupun Prof. Jonky, mentor mereka. Kinerja gerakan mahasiswa, gerakan rakyat yang dipimpin oleh Kong Jawir dan aksi restrukturisasi ekonomi nasional, merupakan satu paket gerakan dan simultan. Karena itu, ketiga-tiganya harus tetap aktif dan bertenaga. Hasilnya memang luar biasa. Satu per satu keluarga-keluarga baron penguasa ekonomi dapat digulung oleh tangan-tangan legal negara yang disokong oleh rakyat. Nyatalah jika rakyat berkehendak dan kehendak itu dijalankan pula oleh negara, maka dengan enteng masalah nasional dapat dipecahkan dengan cepat dan efesien. Pihak-pihak kontra kehendak rakyat boleh mengomel dan bersungut-sungut di istana-istana mewah mereka, tapi hal itu tidak sedikit pun mampu menghentikan misi DREN. Seperti sebelumnya rakyat bersungut-sungut geram terhadap pengerukan harta negara yang dilakukan oleh para konglomerat, tapi hal itu tidak mampu menghentikan aksi ekonomi para konglomerat tersebut. Sekarang gantian. Rakyat yang bertindak, konglomerat terdesak.

Dalam kesibukan tinggi mengatur demonstrasi-demonstrasi mahasiswa, Ali Jaka menerima surat dari sahabatnya Meiliana di Netherland.

Ali Jaka

Aku sudah terima dan baca suratmu itu. Suratmu membuatku terhibur di tengah kesiapan di negeri orang. Terima kasih ya atas suratmu itu. Sering-seringlah mengirim kabar padaku. Setidaknya aku jujur padamu bahwa hal itu sangat kuperlukan untuk mengisi dahaga jiwaku dan mengobati rasa kangenku pada negeriku.

Ali Jaka

Baru saja kusaksikan dari CNN, Jakarta tengah terjadi kerusuhan. Kerusuhan apalagi yang tengah terjadi di sana? Mengapa selalu harus terjadi pembakaran? Terus terang aku menyayangkan itu, Ali Jaka. Aku berduka terenggutnya nyawa dari kerusuhan itu.

Melalui surat ini aku ingin menanyakan langsung padamu, apa sebenarnya yang tengah terjadi di Jakarta dan Indonesia pada umumnya. Maklumlah aku sangat jauh dan sudah tak mungkin dapat menyaksikan langsung apa yang terjadi di tanah air. Kaulah harapanku untuk mengabarkan berita apa adanya. Lagi pula wajahmu kerap muncul di BBC, di CNN, berbicara di kerumunan mahasiswa. Aku yakin, kau turut menjadi pimpinan demonstran itu, bukan? Ceritalah padaku, Ali Jaka. Kenapa harus pembakaran?

Oh ya, bagaimana pun aku terpukul, Ali Jaka. Betapa tidak, George Sudibyo, mantan rekan kerjaku, harus tewas dengan kejadian itu.

Aku bilang padamu, ya, kau tak berbakat jadi pahwalan. Entah aku salah apa benar, setidaknya begitu menurutku. Aku sarankan padamu, berbuatlah sesuatu agar penyelesaian di tanah air tidak disaluti oleh rasa dendam dan kebencian. Sebab yang begitu tidak akan menyelesaikan masalah. Dendam berbalal dendam. Kau tahu itu, kan? Aku jijik penyelesaian yang brutal. Sampaikanlah hal itu ke Prof. Jonky, salah seorang anggota DREN, mengingat ia sahabat karibmu, kan.

Salam

Temanmu - Meiliana

Ali Jaka tersenyum getir membaca isi surat Meiliana. Dia tutup surat itu. Kemudian dia rebahkan badannya di balai-balai rumah Nurlela, putri Almarhum Pak Maih. Dia berkunjung ke Nurlela ingin mengetahui perkembangan kesehatan gadis tersebut. Ternyata perkembangannya sudah lebih sehat. Ali Jaka memejamkan matanya. Akhirnya dia pun tertidur di balai-balai. Saat Nurlela datang membawa hidangan teh kepadanya, dibiarkannya Ali Jaka tenggelam dalam tidurnya. Teh dan pisang goreng diletakkan begitu saja di meja bulat dekat kepala Ali Jaka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun