Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Satu Hari Untuk Kita Nikmati

7 Januari 2017   13:04 Diperbarui: 19 Februari 2019   19:03 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika aku boleh jujur, aku mengenangmu setiap hari diantara cinta, benci, rindu dan tangis yang telah melebur. Karenamu sakit hati adalah sesuatu yang paling aku sukai, atau tertindas oleh rasa rindu yang tak terbalas. Karenamu  pula aku menjadi penikmat kopi yang selalu duduk di sudut ruangan bersama lamunan, sampai-sampai orang tuaku khawatir jika aku akan kesurupan.

Mengingatmu adalah hal yang menyenangkan, meski di sisi lain itu  juga menyakitkan. Selepas kamu pergi aku mencoba untuk mengulangi semuanya dari awal, berpura-pura bahwa kamu  tak pernah ada, dan  kita tidak pernah berjumpa atau saling mengenal. Namun  melupakanmu  tak ubahnya seperti mencintai seseorang yang belum pernah aku  temui-aku tidak bisa dan aku benci.

Hingga di hari itu aku memutuskan untuk melepaskanmu dengan cara yang lain, aku kembali ke tempat-tempat yang pernah kita lewati dan aku  mengingatnya hingga sedetail mungkin. Ada senyumanmu yang tertinggal, di seisi bumi, atau di setiap pohon yang dulu pernah kita singgahi untuk sekedar bernaung dari jatuhnya air mata langit ke bumi . Aku menemukanmu di sini. Jangan kamu  tanyakan mengapa aku masih ingat dan  tidak lupa, sebab jawabannya adalah kamu; alasan  mengapa aku bisa tertawa di atas dunia.

Aku sudah melakukan semuanya, mencoba melupakanmu dengan berbagai cara hingga aku kembali ke tempat kita pertama kali berjumpa, tempat kita pernah  menghabiskan satu hari bersama, dan juga aku memutar lagu yang dulu kita nyanyikan di sepanjang jalan menuju  pulang. Tapi semuanya tak lagi sama, aku masih merasa kehilangan dan aku  tetap saja kesepian. Aku sudah melakukan semua yang diminta oleh hati, namun  kamu tak juga kunjung kembali atau hanya sekedar  mengabarkan padaku jika Tuhan di sana menjagamu dengan sempurna, bahwa kamu  tidak kesepian di sana, bahwa kamu merindukan aku juga dan kamu memikirkan sebuah hal yang sama; kamu menginginkan satu hari lagi di bumi untuk kita nikmati.

Bukan sekedar aku, bahkan pepohonan, dedaunan, rerumputan hingga hujan, semuanya merindukanmu, menanyakan  keberadaanmu lewat aku, kemudian  hanya bisa ku jawab dengan ketus bahwa aku tidak tahu. Kamu pergi dan menghilang. Tidak, mungkin saat ini kamu berada di dekatku  namun dengan bentuk yang berbeda, mungkin kamu telah melebur dan menyusut hingga sekecil atom, atau kamu telah menyatu dengan tanah namun tetap memerhatikanku melalui mata-mata dari Tuhan. Katakan, bisikan, kamu sedingin aku sekarang. Katakan kepada Tuhan bahwa di sana kamu kesepian dan kamu masih memerlukan aku untuk memelukmu, katakan bahwa kamu kedinginan, kamu perlu bersamaku satu hari lagi untuk merasakan kehangatan.

Maaf, belakangan aku memang menjadi sosok yang gagal untuk ikhlas, aku belum setangguh itu selama kenangan tentangmu tak bisa kulepas. Aku sedang benar-benar merindukanmu hingga aku pikir Tuhan telah menciptakan sesuatu yang lebih besar dari  pada kemampuanku-menahan rindu padamu. Aku tahu kamu tak akan suka jika aku secengeng ini, atau selebay ini dalam merangkai kata, namun bagaimana jika kukatakan bahwa kepergianmu adalah hal paling menyakitkan hingga tak tertahan di pelupuk mata. Andai saja kamu masih di sini mungkin kamu akan  menertawakan apa yang aku katakan. Aku akan terus membuat kalimat-kalimat yang bagimu memuakkan ini untuk melihat kamu tersenyum, memberi isyarat bahwa bersamaku kamu bahagia dan kamu akan ada untukku selamanya. Hiduplah satu hari lagi, kemudian kita akan bertemu di alam lain, nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun