suatu hari aku hanya akan mengenangmu
tanpa merasakan apa pun;
tanpa ada penyesalan, tanpa seakan-akan aku tak menemukan setengah diriku, atau merasa tidak penuh
suatu hari aku hanya akan mengenangmu sebagai luka pada lutut ketika aku masih kanak-kanak; tangisan panjang yang memendek dengan kapas dan obat merah
suatu hari aku hanya akan mengenangmu sebagai tembang lama yang aku tak ingat judulnya sampai seorang teman menyanyikan sepotong lirik, lalu kukatakan, ah... lagu ini
suatu hari aku hanya akan mengenangmu sebagai ulang tahun yang tidak pernah kurayakan selain berkata: kau bertambah tua dan selamat, hidupmu semakin membosankan, dan ya, nikmatilah keriput-keriput itu dan aku kembali tidur pada tengah malam
suatu hari aku hanya akan mengenangmu sebagai film laga klasik yang diputar stasiun tv lokal menjelang subuh dan mereka mudah kulupakan
suatu hari aku hanya akan mengenangmu sebagai suatu pagi yang baik,
sebuah keinginan untuk membuka hari dan kita tidak lagi saling mengucap selamat tinggal, selain dengan sampai jumpa selepas kerja dan tunggu aku di teras
suatu hari aku hanya akan mengenangmu sebagai pintu yang takbisa kulewati,
yang membuatku terjebak sebagai ruang kosong di garis tengah;
tak mampu menyampaikan kehendak untuk masuk atau keluar
suatu hari aku hanya akan mengenangmu tanpa rasa sakit
dan cemas
dan takut
dan rindu
dan gagal
karena suatu hari aku hanya akan mengenangmu sebagai, atau
karena suatu hari aku hanya ingin mengenangmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H