“White noise, remembering snow in Tokyo.”
Tokyo pukul dua pagi
Udara dingin melapisi
Sweater yang tak sehangat pelukan
Meski ketebalannya sudah kita sesuaikan
Stasiun Shibuya seperti beristirahat
Dari orang-orang sibuk
Kita berjalan di Shibuya Crossing
Dan merasa jauh lebih hidup
Dengan tangan yang saling menggenggam
Kita jauh dari rumah
Dan saat memegang Pasmo
Di tangan kananmu
Kau bilang kau rindu ibumu
Tapi untuk beberapa saat kau tersenyum
Karena aroma yakitori
Membuatmu teringat pada sate
Kau suka musim dingin
Dan ingin melihat salju secara langsung
Sekarang itu terwujud
Namun aku takut melihatmu kedinginan
Jadi aku ingin mengajakmu makan ramen
Tapi kau malah kekenyangan
Dan hanya meminta Cheesecake
Sepagi ini aku ragu kita menemukan dessert
Jadi aku mengajakmu keluar
Untuk membeli apa pun yang terlihat menarik
Sesekali kita berputar-putar
Karena buta jalan
Aku menunjuk Hachiko’s Statue
Kubilang kepadamu bahwa
Aku pernah menangis
Saat menonton film anjing itu
Kesetiaan terkadang bisa sangat menyakitkan, kataku
Dan kau hanya tertawa
Kau menunjuk Mag’s Park
Di atas permukaan peta yang membingungkan
Di sana kita bisa melihat kota dari atas, katamu
Untuk melihat billboard Starbucks lebih jelas, aku menimpal
Lalu kita tertawa bersama
Di perjalanan kau bercerita
Tentang rencanamu untuk pergi
ke Taman Rikugien besok
Atau Danau Meguro
Atau Gang sempit Shinjuku
Atau Menara Tokyo
Atau Odaiba yang sering kaulihat di internet
Untuk melakukan swafoto
Kau sungguh manis saat tersenyum
Bagaimanapun aku teringat akan dango
Atau wagashi dengan teh hijau
Kemudian kita membuat sebuah kesepakatan