Kita akan duduk di mana pun kau ingin.
Berjalan ke arah mana pun yang kau mau.
Atau tinggal di sini sebentar.
Karena hari sedang bagus-bagusnya.
Awan terlihat seperti bulu domba,
parade, atau rombongan harapan
yang terlalu sedikit, kataku.
Sedangkan aku menggambar banyak keinginan.
Aku membaca matamu dengan gelisah.
Kau membaca langit seakan ingin lepas.
Tinggal lah di tubuhku lebih lama.
Aku hendak memelukmu seakan ini
yang terakhir.
Kau menoleh seperti bayi kelaparan.
"Apa yang sedang kau lihat?" tanyamu.
"Matamu," aku menjawab.
"Lalu apa yang kau tangkap?"
"Ucapan selamat siang
dan selamat tinggal."
Kau mengangguk seakan mengerti,
mengeluarkan sebuah buku tipis
dari tas kecil.
"Kenapa?" tanyaku.
Kau berdiam sementara.
"Karena kita adalah halaman-halaman buku yang bersisian.
Hanya akan bersatu apabila seseorang telah selesai membaca."
Aku menundukkan pandangan.
Melepas mataku dari matamu.
Dan kutatap langit;
Awan nampak seperti bulu domba,
parade, atau rombongan harapan
yang terlalu sedikit.
Tapi aku tidak berpikir hari sedang bagus-bagusnya
untuk mendengar ucapan selamat siang
dan selamat tinggal dari seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H