Saya selalu ingin hidup
sebagai orang biasa.
Yang tidak terlalu pintar.
Tapi juga tidak bodoh.
Tidak terkenal, tapi cukup dikenal.
Saya ingin menjadi orang biasa
Yang mencuci kaki dan tangan
dan menggosok gigi setelah makan
malam.
Tidur pukul sembilan lebih sedikit
Setelah menonton sinetron
Yang membosankan
Atau bermain catur di warung
bersama beberapa orang kenalan
Saya ingin bangun tidur seperti
orang biasa.
Pukul lima subuh untuk menyembah Tuhan, dan melamun di depan jendela
Beberapa lama.
Kalau rajin, saya akan keluar dan berlari kecil memakai sandal sebentar.
Membersihkan gigi, dan mandi hanya
kalau sempat.
Sebagaimana orang biasa, saya ingin
Sarapan seperlunya.
Dengan roti beroles mentega
atau sepiring nasi hangat
serta telur dadar.
Saya ingin sampai di kantor pukul delapan pagi, mengerjakan tidak
terlalu banyak hal.
Minum secangkir kopi
dan berakhir di depan laptop
tanpa banyak prestasi
dan kebanggaan.
Hanya karena saya suka menjadi orang biasa.
Saya hanya akan menjadi orang biasa,
namun dengan perasaan
yang ketulusannya melebihi kematian.
Saya ingin berkembang biak
bersama seorang perempuan
yang juga biasa, hidup di lingkungan
yang biasa, tapi bebas dari macet
dan banjir, dengan cukup banyak pohon di pinggir jalan
di mana saya akan
berdansa dan berputar-putar
kalau turun hujan.
Saya juga mau mati sebagai orang
biasa yang sudah mendapatkan mimpi-mimpinya untuk hidup berlama-lama
sebagai orang biasa.
Setelah cukup bahagia bersama
seorang perempuan biasa yang tidak terlalu cantik, tapi ia mencintai saya melebihi kematian.
Anak saya adalah balita yang lucu.
Orang-orang melayat sambil
memegang pipinya yang menggemaskan,
tapi beberapa keluarga menangis
atas kepergian saya
yang hanya orang biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H