Sekiranya kita, Lik,
terjaga bersama di antara bisikan-bisikan yang bergelora di puncak malam,
dengan hasrat yang memantik
tubuh masing-masing
Bergetar
Berdebar
jantungku berdegup lirih
kepalamu di atas dadaku
Kau mendengarkannya seksama
Menghitungnya seperti anak perempuan
yang terlampau suka matematika
"Berapa detak?" tanyaku
"Sembilan. Tapi terus berjalan,"
kau menjawab.
"Aku bisa menghentikannya."
"Caranya?"
Matamu menatap dalam
"Menghilanglah."
Sampai cumbu jadi semakin liar
Sampai badan jadi semakin luar
Sampai kita, Lik,
menjadi jalang kata-kata
yang memungut larik-larik berjatuhan di bawah ranjang
Kau terburu-buru
tetapi aku mendahuluimu
dari atas kubaringkan wajah
semakin turun dan turun
sampai jatuh ke dalam dekapanmu yang hangat
Dingin gigil merasuk tulang
gemuruh di dada kita sama-sama lirih
Aku menghitung sesuatu yang berderap
dalam tubuhmu
Seperti anak lelaki yang terlalu suka matematika
"Berapa detak?" tanyamu
"Delapan. Tapi terus berjalan,"
aku menjawab, "bisa kau menghentikannya?"
"Aku tidak tahu caranya," jawabmu
Mataku menatapmu dalam
Aku ingin menawarkan sesuatu
kepadamu
Seperti katamu, Lik,
cerita ini memang sudah cukup purba
Kita mencuri waktu diam-diam
dari malam,
dengan gelora dan hasrat yang memantik tubuh masing-masing
"Aku bisa menghentikan
bunyi jantung kita."
"Caranya?"
Kau penasaran.
Lalu berteriak
Nyaring
Mendesah
Belati tertancap di dadamu
Pembaringan kita memerah
"Menghilanglah."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H