Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pembaringan Merah

6 Desember 2019   06:56 Diperbarui: 6 Desember 2019   07:14 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Sekiranya kita, Lik,
terjaga bersama di antara bisikan-bisikan yang bergelora di puncak malam,
dengan hasrat yang memantik
tubuh masing-masing

Bergetar
Berdebar
jantungku berdegup lirih
kepalamu di atas dadaku
Kau mendengarkannya seksama
Menghitungnya seperti anak perempuan
yang terlampau suka matematika

"Berapa detak?" tanyaku
"Sembilan. Tapi terus berjalan,"
kau menjawab.
"Aku bisa menghentikannya."
"Caranya?"
Matamu menatap dalam
"Menghilanglah."

Sampai cumbu jadi semakin liar
Sampai badan jadi semakin luar
Sampai kita, Lik,
menjadi jalang kata-kata
yang memungut larik-larik berjatuhan di bawah ranjang

Kau terburu-buru
tetapi aku mendahuluimu
dari atas kubaringkan wajah
semakin turun dan turun
sampai jatuh ke dalam dekapanmu yang hangat

Dingin gigil merasuk tulang
gemuruh di dada kita sama-sama lirih
Aku menghitung sesuatu yang berderap
dalam tubuhmu
Seperti anak lelaki yang terlalu suka matematika

"Berapa detak?" tanyamu
"Delapan. Tapi terus berjalan,"
aku menjawab, "bisa kau menghentikannya?"
"Aku tidak tahu caranya," jawabmu
Mataku menatapmu dalam

Aku ingin menawarkan sesuatu
kepadamu

Seperti katamu, Lik,
cerita ini memang sudah cukup purba
Kita mencuri waktu diam-diam
dari malam,
dengan gelora dan hasrat yang memantik tubuh masing-masing

"Aku bisa menghentikan
bunyi jantung kita."
"Caranya?"
Kau penasaran
.

Lalu berteriak
Nyaring
Mendesah
Belati tertancap di dadamu
Pembaringan kita memerah

"Menghilanglah."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun