Pukul enam sore ini
Jalan raya bercerita tentang
kepulan asap yang tidak pernah bersahabat dengan udara
Pengemis tua di trotoar dan kecemasan yang berkerut di dahinya
Atau orang-orang pulang yang memikul beban kerja
Kau di kepalaku,
dan aku kira ini sama saja
Yang sedang kulakukan hanyalah menunggu taksi yang akan membawa ragaku kembali
Tapi tidak dengan isi kepalaku
Aku berencana pulang tepat waktu
Mandi air hangat hingga makan malam dengan kucing kesayangan
Tapi angkutan datang lebih lambat dari perkiraan
Sesuatu yang tidak kupahami dari waktu
Kadang-kadang ia membawa kebahagiaan dan kesedihaan secara bersamaan
Kau masih di kepalaku
Sedangkan senyuman sopir taksi adalah formalitas yang kubenci
Dia yang datang terlambat seperti penyesalan terhadap jatuh cinta
Aku satu-satunya penumpang
Ketika jalanan perlahan lapang
Lalu-lalang berubah hilang
Dan sore menjelma kau,
keindahan yang berganti malam
Di mana aku tidak pernah merasa sedang dalam perjalanan pulang
Di dalam kepalaku masih ada kau
Di saat sopir kembali melempar sebuah senyuman ke arahku
Aku pikir jatuh cinta adalah taksi yang mogok
Akulah penumpang yang tak pernah sampai tujuan
Martapura 09/09/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H