Aku ingin menulis kalimat yang tidak terlalu panjang. Tapi cukup untuk membuatmu teringat padaku. Barangkali tentang jendela usang yang terbuka.
Saat kau masuk dan menjelma angin.
Sebagai kehampaan yang memeluk lekuk tiap inci kesedihanku, yang keluar sebagai penyesalan, atau airmata yang paling tabah.
Kita adalah tanda baca yang ditemukan mata pada bait-bait kalimat, yang memberi jeda pada tiap suara; koma yang sebentar, atau titik yang berarti sebagai akhir dari segalanya.
Suatu hari mungkin kau akan mengerti.
Ketika angin merangkak ke sisi lain dari jendela yang sudah lama tidak kau buka.
Dan kau temukan ia sedang mengetuk, menawarkan kehampaan yang akan memeluk tiap lekuk kesedihan di bawah keningmu, yang keluar sebagai airmata, atau menjadi penyesalan yang paling tabah.
Saat aku datang dan bertamu dalam ingatanmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H