Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Merawat Bunga

13 Mei 2019   13:27 Diperbarui: 13 Mei 2019   18:18 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang pernah kaubilang, aku ini orang yang tidak berguna. Kelebihanku cuma sebatas mahir dalam tidak melakukan apa-apa.

Mungkin maksudmu, selain bernafas dan memikirkan sebuah rencana untuk menipu takdir agar saling membenci dengan kenyataannya yang paralel.

Bahkan jika ada nominasi manusia paling tidak berguna di dunia, kita berdua sepertinya telah sepakat untuk tidak heran saat namaku ikut berjejer di antara sekumpulan badut-badut itu.

Dan kebetulan, hari ini aku akan menjalani satu lagi waktu yang panjang. Di mana aku menghabiskan dua jam lebih di kamar mandi untuk merenung, membersihkan lantai yang sudah bersih, menunggu tukang pos yang tak pernah membawakanku surat, dan menyirami bunga pemberianmu yang telah layu.

Aku tahu, semua ini percuma. Tapi seperti yang kaubilang; kelebihanku tidak ada. Selain bernafas, dan usaha menipu kesedihan sendiri yang selalu berakhir sia-sia.

Namun kau tak perlu cemas. Karena aku sudah terbiasa menertawakan diriku sendiri. Seperti ketika aku mengantri di tengah keramaian pasar ikan yang bau, dan kakiku tetiba diinjak oleh sesosok ibu-ibu cerewet yang tambun, akulah orang yang gemar meminta maaf meski tak bersalah.

Saat aku sedang menyeberang jalan dan nyaris ditabrak oleh pengendara gila, aku malah akan memeluk sambil berbisik di telinga runcingnya "Kenapa tak kau teruskan saja?"

Atau saat namaku kautanggalkan, ketika kepala ini memunculkan macam-macam persepsi: jadi patah hati cuma sebatas ini? Kau meninggalkan sebuah surat dan memberiku bunga bodoh untuk dirawat, hingga hari-hariku yang tak berarti mengulang dirinya lagi.

Namun perlu kau tahu, bukan aku yang membunuh bunga itu. Aku sudah menyiramnya setiap hari -dengan air mata- seperti yang kau minta. Tetapi begitulah takdir benda-benda bernyawa, akan bosan dan memilih mati dengan sendirinya.

Ini seperti reka ulang, dari perasaanmu yang mendadak hilang.

Dan di tengah-tengah kesibukan -tidak melakukan apa-apa- aku ingin menanyakan ini padamu,

"Apa kabar Masa Lalu?"

Satu jam sebelum tidur, aku rutin menyapa hadiah perpisahanmu,

"Selamat malam bunga yang layu."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun