Tidak dipungkiri bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan tradisi. Setiap suku memiliki cara yang unik untuk menyambut dan merayakan bulan Ramadan. Salah satunya adalah etnis Banjar, suku mayoritas sebanyak yang mendiami tanah Kalimantan Selatan. Orang-orang dari suku Banjar yang kebanyakan tersebar di Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura, dan Hulu Sungai memiliki kegiatan yang unik untuk merayakan malam Lailatul Qadar. Kegiatan tersebut disebut dengan festival tanglong.
Atraksi kembang api biasanya mewarnai pembukaan festival tanglong. Sementara kendaraan hias yang diarak keliling kota tersebutlah dinamai sebagai tanglong. Bentuk Tanglong bisa menyerupai berbagai macam, tetapi umumnya masih belum lepas dari nuansa keislaman. Â Tanglong biasanya sering dijumpai dalam bentuk masjid, kereta, burung buraq hingga unta.
Bukan hanya orang-orang dari suku Banjar yang turut merayakan festival ini. Orang-orang suku Jawa bahkan turis dari mancanegara yang tinggal di sekitaran kota pun biasanya juga ikut merayakan kemeriahan tanglong.
Peniadaan festival tanglong berkaitan dengan pernyataan tokoh agama sekitar serta Pengurus Majelis Ulama Indonesia yang beranggapan bahwa tanglong mengganggu kesucian dan kekhsuyuan bulan suci Ramadan.
"Untuk itu, mulai sekarang kami merespon dan memutuskan untuk meniadakannya," ungkap mantan Wali Kota Banjarbaru, Ruzaidin Noor pada AntaraKalsel tahun 2014 lalu
Beliau juga menambahkan bahwa festival yang dilaksanakan pada malam "Salikur" atau 21 itu lebih banyak membawa kemudharatan ketimbang manfaatnya. Setiap pelaksaan tanglong, situasi  seringnya jadi tidak terkontrol hingga cukup merugikan masyarakat serta pemkot setempat. Misalnya saja penggunaan petasan dan mercon secara barbar. Hingga suara mau pun ledakannya mengganggu orang lain.
Tanpa bermaksud menutup mata akan sisi negafif dari festival tanglong, pemerintah kota setempat seharusnya juga memerhatikan sisi postif dari kegiatan tersebut. Tanglong telah menjadi hal identic yang tergambar dibenak orang-orang ketika mendengar kata "Ramadan dan Banjar". Karena tradisi ini telah berlangsung selama belasan atau bahkan puluhan tahun.