Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membakar Jagung dan Perasaan Sepi

8 Mei 2019   20:21 Diperbarui: 8 Mei 2019   20:30 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
imahnoong.wordpress


Bagian yang paling tidak saya sukai dari bertambah tua; saya bisa dibunuh oleh masa lalu, atau kepingan ingatan tentang seorang kawan semasa kecil yang rutin menggosok-gosok sajadahnya sebelum salat tarawih, dan suara langkah lari anak-anak menuju surau

Saya manusia dua puluh empat tahun yang semakin membosankan
keramaian di jalan setapak kini sunyi, membenturkan kepala saya ke tembok berkali-kali
dan ketika saya sadar, ternyata saya bukan anak kecil lagi
Semuanya berubah, juga pohon bungur yang dulu membuat kita takut sekarang jadi terlihat menyedihkan
Seperti saya

Apa kabarnya kawan-kawan saya yang merantau
Apa kabarnya cinta semasa kecil yang saya cium pipimu saat pulang tarawih, tanpa merasa bersalah saya langsung kabur ketika membuat kau takut dan menangis 

Satu-satunya yang bisa saya lakukan sekarang adalah membakar jagung sambil melamun, namun tak bisa membakar hal-hal yang membuat saya merasa asing dalam keheningan

Mengamati nyala merah bara yang menguarkan sehirup aroma
seperti cara bulan puasa mengingatkan saya pada kalian atau bagaimana takdir memenuhi garisnya hingga membuat saya berjalan ke surau sendirian, melewati bungur dan perasaan sepi seolah sedang hinggap di leher saya

Lalu saya pikir, bertambah tua adalah hal yang buruk
Saya kehilangan suasana Ramadan yang pernah saya miliki sewaktu kecil,
aroma jagung yang kita bakar bersama-sama, serta suara langkah seribu saat kita melewati bungur yang angker dan tua

Kemudian di antara kepulan asap dari bara yang membuat saya batuk-batuk,
saya kembali bertanya;
kabar kalian sekarang bagaimana?

Kabar saya,
buruk dan kesepian
Jagung yang saya bakar sampai hangus sendirian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun