Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Cerita Mengenai Batu, Hari-hari dan Asal-usul Rasa Sakit

15 April 2019   20:26 Diperbarui: 22 April 2019   17:22 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu kau berpamitan. Sampai di sini saja, katamu. "Tapi...." Suaraku tak selesai. Seperti kepulan asap knalpot motor --yang kaubilang berisik-- yang tiba-tiba pudar. Lalu hening. Kau pergi dengan permisi yang tak mampu kuhalangi. Kau selalu mengalahkanku dalam banyak hal. Cuma cintaku yang bisa melebihi cintamu. Hanya itu. Sisanya, aku pecundang yang kerap berlutut di kakimu. Menjadi manusia paling lemah yang nyaris gagal untuk memaksamu tinggal. "Jangan...." Suaraku parau. Kau tak hirau. Kemudian sepi.

Pagi ini aku tidak di sini, dan kau. 

Jadi, beginilah bahagia yang selalu kauimpikan dan asal-usul rasa sakit yang kuhindari.

Sekarang aku memiliki cita-cita lain, selain menjadi dokter yang cakap menyembuhkan luka di hatinya sendiri. Aku pernah mengatakan hal semacam ini padamu sebelumnya, bukan?
Bahwa aku ingin menjadi salah satu benda mati yang paling tabah.

"Benda apa?" Tanyamu, seraya membolak-balik buku 'The Old Man and the Sea' dan kemudian menghujami hatiku dengan tatap penasaran.

"Batu di pekarangan rumahmu."

Kau tertawa. Aku kehabisan kata-kata.

Hari-hari sekarang di mana kau tiada, namun entah kenapa bisa hidup di antara batu-batu yang tidak ingin kuingat.

Kemudian aku menyadari sebuah hal; Bahwa aku belum bisa memisahkan kau dengan hari ini, juga besok atau mungkin hari-hari lainnya. Kebencianku padamu akan terus bertambah. Namun aku pun menyadari, bahwa pada akhirnya cintaku tak pernah berkurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun