Mohon tunggu...
Syahrul Fatriansah
Syahrul Fatriansah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Semoga dapat terus ikut berbagi dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahalnya Kata Maaf dan Terima Kasih

16 April 2012   23:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:32 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya masih ingat ketika guru-guru mengajarkan pada kita tentang ciri bangsa Indonesia. Pak guru dan bu guru selalu mengajarkan kepada anak-anak didik bahwa kita harus bangga karena kita dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah. Saya juga masih ingat ketika guru-guru mengajarkan tentang karakter bangsa kita yang pemaaf.

Namun lihatlah sekarang, ketika kata maaf dan terimakasih jarang terdengar dalam percakapan  keseharian. Pernahkah kita mendengar ucapan termakasih dari pengantri BBM ke petugas SPBU. Atau pernahkah kita mendengar kata maaf dari kasir yang kurang kembaliannya dan dengan tanpa rasa bersalah menambahi kembalian kita dengan permen. Yang lebih parah lagi, sangat jarang kita mendengar kata maaf dari pemimpin-pemimpin kita yang terbukti bersalah.

Suatu hari saya menumpang pesawat, hampir tak terdengar kata terimakasih saat pramugari membagikan makanan ringan kepada penumpang, yang terdengar hanya kata 'thank you' dari penumpang bule yang duduk tepat dibangku belakang saya. Saya pun sering mendengar berita tentang pemimpin-pemimpin di negara-negara lain yang mengundurkan diri lantaran di duga-sekali lagi baru diduga- melakukan tindakan yang dianggap salah.

Suatu hari saya dan istri pernah belanja di salah satu swalayan kecil dan entah karena sengaja atau tidak, kami membayar lebih dari yang seharusnya. Setelah kami periksa, lalu kami klaim ke kasir. Respon yang kami dapatkan sangat dingin, hanya dikembalikan kelebihan uang yang kami bayarkan. Itu saja, tanpa ada kata maaf sedikitpun terucap.

Begitulah yang saya rasakan dan saya lihat. Apakah itu menandakan bahwa memang bangsa ini sulit sekali berterimakasih manakala mendapat kebaikan dan begitu pula sangat sulit meminta maaf manakala berlaku salah? Mari kita biasakan dari diri kita untuk selalu berterimakasih untuk kebaikan-kebaikan minimal dari kata-kata dan meminta maaf atas kesalahan juga minimal dari kata-kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun