BELAJAR DARI MASA LALU
Sebagai manusia yang penuh dengan lika-liku kehidupan pasti memiliki masa lalu yang berbeda-beda dengan berbagai kesan dari yang jelek hingga yang baik, dari sebagian masa lalu itu terkadang ada beberapa kejadian yang mengandung hal tak ternilai atau istemewa saat kejadian itu terjadi dan akhirnya menjadi pegangan atau dijadikan sebagai lecutan semangat dalam kehidupan selanjutnya, untuk itu agar kita mudah teringatkan kembali maka kita akan menjaga benda-benda yang terhubung saat kejadian itu terjadi, entah itu benda maupun suatu tempat yang akan mengingatkan kembali masa-masa tersebut agar tidak terulang kembali, untuk menjadi lebih baik, sebagai melecutkan semangat, dan menjadikan sejarah dalam kehidupan kita.
Begitu besar pentingnya merawat peninggalan benda atau tempat berkesan yang pernah kita lalui, begitu juga dengan negri ini. Negri ini memiliki masa lalu yang sangat besar dan menjadi asal-usul bagaimana sejarah, budaya, ideologi bisa tercipta sehingga rakyatnya bisa mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi, pantang menyerah, berbudaya, dan dihormati oleh banyak negara. Namun itu semua akan sirna jika rakyatnya sendiri tidak tahu bagaimana asal usul negrinya sendiri, bagaikan setitik debu yang tertiup angin ditengah lautan, maka dari itu sangat penting bagi kita untuk ikut menjaga dan melestarikan bekas jejak peninggalan sejarah bangsa kita sendiri agar generasi mendatang tetap memiliki semangat yang sama dengan para pejuang pendahulu dalam membela tanah air dan juga untuk tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Kali ini kita akan menulusuri lorong waktu menuju masa lalu yang pastinya memiliki nilai sejarah penting bagi bangsa kita yang berlokasi di daerah sekitaran Serang, Banten atau mungkin lebih familiar dengan Banten Lama, disini kita akan menjelajahi mulai dari museum hingga tempat-tempat bersejarah lainnya.
Ada Apa Di Museum Provinsi Banten
Diawal ketika berkeliling diluar musem, petugas museum menjelaskan bangunan dan tempat museum ini biasa digunakan, membuat saya menjadi agak merinding karena disisi bangunan ini adalah peninggalan penjajah, ternyata tempat ini adalah termasuk tempat yang dikeramatkan oleh suku baduy, yang mana dihari-hari tertentu mereka  berbondong-bondong untuk datang dan membuat sesajenan di tempat tersebut.
 Keraton Kaibon Mengingatkan Apa Yang Sudah Kita Berikan Untuk Ibu
Kraton Kaibon mengingatkan saya kepada ibu saya, dimana perjuangannya dalam membesarkan kita tidak akan sanggup kita bayar sebesar apapun itu. Banyak perjuangan yang mereka lalui dalam mengandung, melahirkan, membesarkan, dan mendidik, semua itu dilakukan dengan penuh kasih sayang tanpa ada paksaan sedikitpun. Hal ini pastinya membuat kita ingin sekali membalas jasa ibu, entah itu membuatkan rumah atau apapun itu, meskipun tetap tidak akan sepadan dengan perjuangannya tetapi usaha untuk bisa membahagiakannya akan selalu ada dan terus berlanjut.
Benteng Speelwijk Yang Mengajarkan Hasutan Politik
Benteng Spelwijk adalah benten yang didiran di tahun 1682, dan sempat mengalami perlebaran di tahun 1685 dan 1731. Benteng yang dirancang oleh Hendrick Lucaszoon Cardeel ini namanya diambil dari seorang Gubernur VOC bernama Cornelis Jansz Speelman. Benteng ini telah menjadi symbol kebesaran colonial Belanda yang didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abu Nasr Abdul Kahhar yang dikenal juga sebagai Sultan Haji adalah putra dari Sultan Ageng Tirtayasa yang telah terhasut oleh bujukan Belanda, sangat berbanding terbalik dengan sang ayah yang sangat tegas dalam urusan politik.
Vihara Avalokitesvara Adalah Vihara Yang Melayani 3 Umat Berbeda Sekaligus yakni Budha, Kong Hu Cu, Dan Taoisme
Vihara tertua di Provinsi Banten ini ternyata masih berbungan dengan Sunan Gunung Jati atau Sunan Syarif Hidayatullah. Tokoh yang termasuk dalam wali 9 ini telah memperistri putri dari keturunan Kaisar dari Tiongkok yang bernama Ong Tien. Ong Tien adalah putri yang termasuk memiliki jumlah pengawal yang cukup banyak, karena waktu itu pengawalnya masih teguh dengan keyakinan yang dipegangnya atau tidak ikut dengan putri Ong Tien dan tidak kembali lagi ke Tiongkok maka Sunan Gunung Jati membangun Vihara pada tahun 1542 tepatnya di Desa Dermayon yang dekat dengan Masjid Agung Banten, Akan tetapi di tahun 1774 Vihara diindahkan ke kawasan Pamarican hingga sekarang.
Keraton Surosowan Adalah Awal Dari Kasultanan Banten
Keraton Surosowan adalah sebuah keraton di Banten. Keraton ini dibangun sekitar tahun 1522-1526 pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, yang kemudian dikenal sebagai pendiri dari Kesultanan Banten. Selanjutnya pada masa penguasa Banten berikutnya bangunan keraton ini ditingkatkan bahkan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna. Dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare. Surowowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H