Mohon tunggu...
Syahriza Azizan Sayid
Syahriza Azizan Sayid Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia merdeka yang sedang mencari keridhoan-Nya

Alhamdulillah sae

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jihad Santri Jayakan Negeri: Sejarah, Relevansi pada Tahun Politik dan Paradigma Santri Menempatkan Diri

23 Oktober 2023   00:38 Diperbarui: 23 Oktober 2023   11:25 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan benar saja, pada saat berperang pada pertempuran Surabaya, Bung Tomo dengan pidato heroiknya berhasil menggelorakan semangat para pejuang sehingga pada saat itu Indonesia mengalami kemenangan atas Belanda. Momen tersebut tidak terlepas dari pencetusan Fatwa Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama.

Pada ranah pemerintahan, terdapat banyak santri yang turut mewarnai kepemimpinan negeri ini. Sejumlah tokoh santri pernah memimpin negeri ini. Mulai dari sang Proklamator yang ternyata juga pernah mondok di Pondok Pesantren Al Basyariyah Cikeruh Sukanagara Cianjur. Selanjutnya adalah Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, Salah satu tokoh utama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Putra beliau yang merupakan tokoh bangsa, KH Wahid Hasyim yang menjadi menteri agama pertama Republik Indonesia.

Cucu Mbah Kiai Hasyim, KH Abdur Rahman Wahid (Gus Dur) merupakan Presiden ke 4 RI dan sekaligus pendiri Partai Kebangkitan Bangsa, salah satu partai bernuansa NU dan merupakan partai yang besar di Indonesia. Selain itu juga terdapat KH Ahmad Dahlan, rekan menuntut Ilmu KH Hasyim Asy’ari di Makkah yang merupakan pendiri Muhammadiyah, organisasi Islam modern yang berfokus pada pendidikan dan keagamaan. Ada juga KH. Agus Salim Menteri Luar Negeri Indonesia pada masa awal kemerdekaan. 

Dan kini ada KH Ma’ruf Amin, wakil presiden RI 2019-2024. Banyak juga para menteri dan para pemimpin daerah yang merupakan santri, Salah satunya adalah Bupati Jombang, HJ. Munjidah Wahab, putri dari KH Wahab Hasbullah salah satu tokoh NU dan juga Pahlawan nasional RI. Ada juga Beliau Bapak Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud Mahmodin (lebih dikenal dengan Mahfud MD), Menkopolhukam yang juga alumni pesantren di Pamekasan, Madura. Serta banyak lagi kalangan santri yang mewarnai kepemimpinan negeri ini dari generasi ke generasi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Lantas bagaimana kita berjihad di masa modern ini sedangkan kini sudah tidak ada penjajah atau bukan lagi zaman perang?, pertanyaan itu kerap kali muncul dibenak penulis mungkin juga dibenak para pembaca sekalian. Salah satunya adalah Jihadun Nafs, jihad untuk memperbaiki diri. Sebagai pemuda sekaligus santri hendaknya kita terus memperbaiki diri kita, memantaskan diri kita guna menjadi pemimpin di masa depan. Bukankah di pesantren kita sering mendengar maqolah “Subbanul Yaum, Rijalul Ghod”, yang artinya pemuda masa kini adalah pemimpin di masa depan. 

Kita adalah salah satu generasi emas indonesia. Sebentar lagi indonesia mendapatkan bonus demografi di golden age Indonesia 2045, dimana usia produktif lebih banyak daripada non produktif (usia kerja lebih banyak daripada usia prakerja dan pasca kerja). Hal ini tentunya akan membawa beberapa kemungkinan, yakni persaingan kerja semakin ketat. 

Jika persaingan kerja semakin ketat namun penyedia lapangan kerja tidak begitu banyak, lantas akankah menjadi bonus demografi atau malah menjadi bencana demografi karena banyaknya pengangguran?, Oleh karena itu, sebagai seorang santri yang ketika di pondok diajari berbagai disiplin ilmu dan ketrampilan sudah saatnya kita meningkatkan skill, meningkatkan kualitas diri kita agar layak menjadi pemimpin di tahun emas indonesia kelak. Jihad selanjutnya adalah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, yakni terus berusaha taat kepada apa yang telah Allah perintahkan kepada kita dan terus berusaha menjauhi segala yang Allah larang.

Sayid al-Masmawi di dalam kitabnya Al-Jihad menyatakan jihad hari ini bukan untuk mati di jalan Allah, tapi jihad hari ini justru untuk hidup di jalan Allah. Apabila hidup seseorang sudah di jalan Allah, besar kemungkinan orang tersebut akan mati di jalan Allah. Syatha ad-Dimyathi menegaskan jihad itu salah satu pengertiannya adalah membantu mereka yang tidak punya, membantu mereka yang memiliki keterbatasan sandang, pangan, dan papan. Itu sebabnya, jihad bukan untuk berani mati di jalan Allah. Jihad pada zaman sekarang adalah jihad untuk hidup di jalan Allah.

sam-65355cd9edff7632063fe382.jpg
sam-65355cd9edff7632063fe382.jpg

Sebagai pemuda sekaligus santri atau pelajar, salah satu jihad yang relevan adalah dengan menuntut ilmu. Ada sebuah dalil dalam agama Islam yang menyatakan bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari ber-jihad. Mungkin dalil inilah yang kita cari dan relevan dengan kondisi sosial yang semakin maju meninggalkan cara-cara konvensional dalam aktivitas sehari-hari. Dengan kita belajar sungguh-sungguh, maka kita akan terbebas dari kebodohan. Salah satu cara untuk memajukan bangsa ini adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. 

Masih banyak daerah-daerah terpencil yang belum terjamah akses pendidikan seperti kenikmatan yang kita rasakan saat ini. Hal ini seyogyanya menjadi tugas kita sebagai ‘agent of change’ untuk mencerdaskan generasi bangsa dengan cara mengamalkan ilmu yang kita dapat, entah itu ilmu agama maupun ilmu umum, yang terpenting adalah share apapun ilmu yang kita kuasai untuk mencerdaskan generasi bangsa. Bukankah jelas bahwa tolok ukur dari keberkahan suatu ilmu adalah dalam pengamalannya. Sering kali di pesantren kita mendengar maqolah “Al Ilmu bila amalin, kasajari bila tsamarin”, yang artinya ilmu tanpa pengamalan bagaikan pohon tanpa buah. Bayangkan ketika ilmu yang kita share kepada teman kita, lalu teman kita memahaminya dan meng-share ke yang lain dan terus dalam pola demikian, bukankah itu menjadi sebuah amal jariyah yang luar biasa bagi kita dan tentunya juga akan membawa perubahan luar biasa pula kepada generasi bangsa di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun