Mohon tunggu...
Syahrir Hakim
Syahrir Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis - Suami dari seorang istri dan ayah dari dua putra putri

Gemar membaca, senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Asyiknya Menyusuri Pinggang Bukit Kambo di Palopo

21 Maret 2019   16:12 Diperbarui: 21 Maret 2019   18:38 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SORE itu saya berada di Bukit Kambo. Letaknya di sebelah barat Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Obyek wisata ini, banyak dikunjungi wisatawan lokal. Mereka menilai obyek wisata alam ini mampu memanjakan mata pengunjungnya.

Saya kagum ketika memandang Kota Palopo dari atas bukit. Masya Allah, bukit ini diam-diam seolah mengintip hamparan birunya Teluk Bone. Saya tak henti-hentinya berdecak kagum memandang ciptaan Allah SWT.

Kota Palopo sejauh 224 kilometer dari kota saya, Parepare. Sudah lama saya ingin berkunjung di tanah Luwu ini. Baru terwujud beberapa hari yang lalu ketka menghadiri sebuah acara komunitas kendaraan bermotor. Hanya City Rolling sebagai rangkaian acara itu yang saya ikuti. Selebihnya, saya dan istri dipandu kemenakan keliling Kota Palopo. Ingin menikmati keindahan kota itu. Lalu ke Bukit Kambo. Hanya 15 menit dari hotel tempat saya menginap, hingga tiba di tujuan.

Mengendarai motor, terasa asyik menyusuri pinggang Bukit Kambo. Melalui jalan beraspal yang lumayan mulus, menanjak dan berkelok-kelok. Terasa ban belakang motor saya belum sempat lepas dari tikungan, ban depan sudah masuk lagi tikungan berikutnya. Begitu seterusnya, entah berapa kelokan dilalui, sampailah kami bertiga di depan sebuah warung.

Saya menyaksikan sejumlah mobil mewah diparkir di pinggir jalan dekat dinding bukit. Para pemilik mobil itu, tampak sedang menyeruput sarabba panas sambil menatap jauh ke arah bawah. Di antara mereka ada yang mengambil gambar dengan ponselnya. Ada yang Selfi. Ada pula mengintip pemandangan melalui teropong (keker) yang disediakan pemilik warung.

Saya singgah di salah satu warung yang berderet di sepanjang lereng Bukit Kambo. Di warung ini kami disuguhi pemandangan yang eksotis. Di lereng Bukit Kambo saya menyaksikan indahnya alam ciptaan Allah SWT dalam kondisi udara yang dingin.

Sinar matahari tampak perlahan-lahan ditelan ufuk barat. Udara semakin dingin seolah menyelimuti tubuh saya. Namun tubuh kembali hangat setelah menyeruput sekali dua kali sarabba panas. Sarabba adalah minuman segar yang terbuat dari bahan jahe, gula merah, dan santan. Mirip bandrek atau sekuteng di Jawa.

Hanya setengah jam di warung itu terdengarlah lantunan ayat suci Alquran dari menara masjid. Pertanda sesaat lagi waktu Magrib tiba. Kami pun bertiga beranjak dari warung itu. Meninggalkan Bukit Kambo. Saya mengendalikan motor dengan ekstra hati-hati. Sebab, jalanan yang berkelok-kelok itu menurun. Terasa lebih ekstrem ketika menyusuri tanjakan.

Tak terasa kami tiba di Latuppa. Salah satu obyek wisata alam. Tak jauh dari Bukit Kambo. Setelah salat Magrib, kami pun menikmati manis dan gurihnya durian Palopo. Itulah secuil pengalaman yang saya nikmati di Bukit Kambo Kota Palopo. (*)

Parepare, 21 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun