Dewasa ini dunia semakin maju terutama dalam dunia teknologi (Edwards & Ramirez, 2016), begitu jaga kemajuan dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga. Dalam dunia pendidikan khusunya pada proses pembelajaran penjas banyak ditemukan berbagai inovasi dan trobosan baru (Holt/Hale & Persse, 2015), (Davies et al., 2015). Berbagai strategi dan metode baru bermuculan, hal ini tentu bertujuan agar semakin efektif dan efesiennya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diinginkan.Â
Namun demikian, proses pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan bukanlah perkara mudah. Ada berbagai macam persoalan muncul dalam pembelajaran. Persoalan itu bisa berasal dari guru, murid, bahkan dari lingkungan (Hernndez-Torrano, Ali, & Chan, 2017).
Dari pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan.
Persoalan yang dihadapi guru penjas misalnya, guru kurang menguasai materi, belum maksimal menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang tepat, belum maksimal mengelola kelas untuk menciptakan suasana yang nyaman.
Begitu juga persoalan yang dihadapi peserta didik mulai dari malas-malasan, mengantuk, sering izin keluar. selain itu faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Lingkungan yang kondusif juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Dari tiga komponen ini sebenarnya ketiganya saling berhubungan dan mempengaruhi satu dan yang lainnya.
Menciptakan suasana kelas dalam proses pembelajaran yang menyenangkan tentu sudah menjadi pertimbangan setiap guru dan siswa, agar proses pembelajaran bisa terjadi feedback dan berjalan dengan menyenangkan. Ini membutuhkan suatu strategi yang disebut dengan model pembelajaran atau mengelola kelas secara optimal.
Jika seorang guru mampu mengoptimalkan manajemen kelas dengan baik, maka akan terjadi feedback yang baik dari siswa.
Oleh karena itu perlunya suatu pemahaman terhadap persepsi pengelolaan kelas itu sendiri, dengan tujuannya adalah  untuk mengoptimalkan dinamika pembelajaran.
Menurut Toha (1996: 123) persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Sedangkan menurut Sugihartono, dkk (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia.
Beberapa ahli membagi persepsi menjadi dua bentuk, namun penulis menggunakan pendapat ahli Stephen Robbins (2002)  yaitu positif dan negatif. Lebih lanjut lagi, bahwa persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Sedangkan, persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap  objek  atau  informasi  tertentu  dengan  pandangan  yang  negatif, berlawanan  dengan  yang  diharapkan  dari  objek  yang  dipersepsikan  atau  dari aturan yang ada.
Penyebab munculnya persepsi negatif seseorang dapat muncul karena adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya,  adanya ketidaktahuan  individu  serta  tidak  adanya  pengalaman inidvidu terhadap objek yang dipersepsikan dan sebaliknya, penyebab munculnya persepsi positif seseorang karena adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya pengetahuan individu, serta adanya pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan.