Mohon tunggu...
Syahrian
Syahrian Mohon Tunggu... Penulis - selenophile, aquarius, aktivis

Aku ingin seperti tikus, jadi peng-erat selamanya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketika Tangan dan Tembok Bicara

6 September 2021   01:50 Diperbarui: 6 September 2021   12:43 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mural yang kemudian dihapus

Ada satu, dua, tiga juta ibu-bapak pergi di hadapan anaknya.

Mayatnya terbungkus plastik rapat, wajahnya tak terlihat lagi,

bahkan untuk terakhir kali.

Keesokan harinya di meja makan, anak itu  memicingkan mata,

dan hanya melihat piring kosong di hadapnya.

Ia pun teriak "Ya Tuhan, aku lapar, beri aku makan!"

Tuhan pun mendengar, tapi Tuhan tidak pernah menghapus doa anak itu.

Jarinya teriak lagi, memaki-maki ketidakadadilan yang dialami.

Bansos untuknya dikorupsi, malingnya juga ikut dicaci dan di-bully,

namun hakim iba hati, hukumannya diringankan lagi.

Di malam hari, anak itu keluar rumah, menyusuri tepian jalan,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun