Mohon tunggu...
Syahrian Alvi Utama
Syahrian Alvi Utama Mohon Tunggu... -

..............

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Harapan Seorang penjual Kerak Telor

16 Juni 2013   20:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:56 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Kerak Telor dan saya

Mungkin kebanyakan dari pembaca sudah tahu bahwa Hari Sabtu kemarin dan Minggu ini, sebuah festival/perayaan sedang di selenggarakan di Monumen Nasional Indonesia.

Pada hari ini saya dan temen saya berkesempatan untuk mengunjungi festival yang bertema pesta rakyat tersebut. Pada kesempatan ini pun saya juga mengerjakan tugas reportase saya.

Tugas Reportase saya kali ini bertemakan Manusia dan Harapan. Pertama kita jabarkan apa kah itu Harapan ?

Setiap manusia pasti mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasa nya berupa pesan-pesan kepada ahli waris nya.

Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidak nya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

Sudah kah kalian mengambil garis besar tentang Harapan ? kalau begitu mari kita kembali ke reportase yang saya lakukan.

Pada sore hari pun Monas belum juga terlihat tanda-tanda akan sepi, banyak pengunjung dan pedagang masih berkeliaran di sekeliling Monas. Saya mewawancarai seorang penjual Kerak Telor, Nama nya Dudu dan dia sudah berada di Jakarta selama 2 minggu, ia berasal dari Garut.

Ia bekerja di Jakarta hanya untuk biaya lebaran di kampung nya, Garut. Dengan berjualan kerak telor yang bisa di bilang enak ia akan membawa pulang uang untuk keluarga nya di Garut.

Saat saya bertanya apa kah Harapan dia untuk Jakarta ke masa depan nya ?

Ia hanya tersenyum dan berkata semoga Jakarta dapat menjadi lebih baik dan mungkin menyediakan lapangan pekerjaan tetap. Karena menjual  Kerak Telor tidak memiliki pendapatan yang tetap setiap hari nya.

Ia pun memiliki harapan semoga festival atau pesta rakyat ini sering di selenggarakan agar ia dapat menjual Kerak Telor yang banyak.

Kami pun tidak bisa berbicara lebih banyak karena waktu untuk jadwal Kereta sudah mendekati. Dengan senyuman dan Kerak Telor di tangan saya. Saya mengucapkan terima kasih kepada Mas Dudu.

Kesimpulan nya harapan Mas Dudu adalah memiliki pekerjaan dan biaya hidup tetap agar ia dapat membiayai keluarga nya yang berada di kampung.

[caption id="" align="alignnone" width="158" caption="Penjual Kerak Telor dan saya"][/caption]

Sekian dan terima kasih, mohon maaf bila terlalu pendek dan kurang jelas. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun