Dimas dan Sandra duduk di tepi pantai, memandang ke arah laut yang membentang luas di hadapan mereka. Matahari senja mewarnai langit dengan gradasi oranye dan merah yang memukau. Namun, keindahan alam yang menakjubkan itu seakan tak mampu mengalihkan perhatian mereka dari masalah yang tengah mereka hadapi.
Sudah beberapa bulan ini hubungan mereka dirundung badai. Perselisihan dan kesalahpahaman seakan menjadi makanan sehari-hari. Mereka merasa lelah dan terjebak dalam pusaran emosi yang tak berkesudahan.
"Apa kita masih bisa bertahan?" tanya Sandra lirih, matanya berkaca-kaca.
Dimas terdiam sesaat, pandangannya menerawang jauh ke horizon. Ia menghela napas panjang sebelum menjawab, "Aku tidak tahu, Sandra. Rasanya semua semakin sulit."
Keheningan menyelimuti mereka, hanya deru ombak yang terdengar bersahutan. Seakan mencari pegangan, Sandra menggenggam tangan Dimas erat. Kehangatan sentuhan itu mengingatkan mereka pada momen-momen indah yang pernah mereka lalui bersama.
"Kamu ingat pertemuan pertama kita di Pulau Leebong?" tanya Sandra tiba-tiba.
Dimas menoleh, senyum samar terukir di wajahnya. "Tentu saja. Mana mungkin aku melupakannya."
***
Lima tahun yang lalu. Matahari bersinar terik di langit biru tanpa awan, seakan bersemangat menyambut kedatangan para wisatawan ke Pulau Leebong. Sinarnya yang menyilaukan menciptakan bayangan panjang di atas hamparan pasir putih yang membentang sejauh mata memandang. Pasir itu seakan berkilauan, memantulkan cahaya matahari seperti ribuan permata kecil yang bertaburan. Deburan ombak yang lembut menggulung di tepi pantai, menciptakan irama yang menenangkan jiwa. Angin sepoi-sepoi membelai wajah, membawa aroma khas laut yang menyegarkan.
Dua rombongan wisatawan, satu dari Jakarta dan satu lagi dari Bandung, tiba di dermaga kayu yang kokoh. Mereka melangkah dengan penuh semangat, siap untuk menjelajahi keindahan pulau eksotis yang luasnya mencapai 37 hektar. Tawa dan canda terdengar di antara mereka, seakan tidak sabar untuk segera menikmati pesona alam yang ditawarkan Pulau Leebong. Beberapa menggenggam kamera, siap mengabadikan setiap momen menakjubkan yang akan mereka temui. Tas-tas besar tersandang di punggung, berisi perlengkapan untuk menjelajah pulau. Dengan langkah ringan, mereka bergerak maju, siap untuk memulai petualangan tak terlupakan di Pulau Leebong.