Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serpihan yang Retak

20 November 2024   15:15 Diperbarui: 20 November 2024   15:23 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Canva 

Ingatan Pak Syaiful melayang pada rapat pagi tadi. Suaranya yang tegas namun bijaksana masih terngiang, "Bapak dan Ibu sekalian, keteladanan bukan sekadar kata-kata. Ia adalah bahasa universal yang lebih mudah ditangkap siswa dibanding seribu nasihat yang kita berikan." Namun entah mengapa, kata-kata itu seolah hanya menjadi angin lalu bagi beberapa rekannya.

Senja semakin turun, mengubah warna langit menjadi semburat jingga keemasan. Cahayanya yang lembut menyentuh wajah lelah Pak Syaiful, seakan memberi kekuatan baru. Ia teringat pesan mendiang ayahnya, seorang guru teladan di masanya, "Memimpin itu seperti menanam pohon. Kau harus sabar menunggu bibit itu tumbuh, tekun merawatnya, dan teguh menjaganya dari hama yang bisa merusak."

Setelah sejam bergulat dengan pikirannya, Pak Syaiful akhirnya mengambil selembar kertas dan mulai menulis. Kali ini, ia akan mencoba pendekatan baru. Bukan dengan teguran keras atau sanksi tegas, melainkan dengan dialog personal yang lebih humanis. Ia akan mengundang ketiga guru tersebut secara terpisah, mendengarkan keluh kesah mereka, dan bersama-sama mencari solusi yang membangun.

"Mungkin selama ini aku terlalu fokus pada aturan dan mengabaikan sisi kemanusiaan mereka," pikirnya sambil tersenyum. Matahari yang hampir tenggelam memancarkan sinar terakhirnya, menerangi ruangan dengan cahaya keemasan yang hangat, seolah menyetujui keputusan sang kepala sekolah. Ditatapnya sekali lagi lapangan sekolah yang kini diselimuti bayangan senja, dalam hatinya tertanam tekad kuat untuk terus membangun sekolah ini, satu teladan pada satu waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun